SOALINDONESIA–JAKARTA Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat capaian besar dalam sejarah modernisasi sistem kebencanaan nasional. Kini, peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Indonesia dapat diberikan maksimal dalam waktu tiga menit setelah kejadian, dengan akurasi lebih dari 90 persen.
Peningkatan signifikan ini disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam acara Closing Ceremony Indonesia Disaster Resilience Initiative Project (IDRIP) di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
“Sebelumnya peringatan dini diberikan dalam waktu lima menit. Setelah dikerjakan melalui proyek IDRIP, kami sudah dapat memberikan peringatan dini maksimal tiga menit, bahkan beberapa kejadian antara dua sampai tiga menit. Akurasinya pun meningkat dan jangkauannya lebih luas,” ujar Dwikorita.
Sistem Terintegrasi MHEWS, Didukung Superkomputer Nasional
Dwikorita menjelaskan, sistem peringatan dini yang baru kini diintegrasikan dalam Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) — sistem peringatan dini multi-bencana yang menggabungkan berbagai sumber data dalam satu jaringan terpadu.
MHEWS memiliki dua pusat operasi utama: pusat utama di Kemayoran (Jakarta) dan backup center di Denpasar (Bali). Kedua pusat ini didukung oleh superkomputer nasional berperforma tinggi (high-performance computing) untuk mempercepat analisis data seismologi dan tsunami secara real-time.
“Supercomputer yang dihasilkan dari proyek IDRIP ini termasuk dalam 500 besar supercomputer dunia. Kita beri nama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling),” jelas Dwikorita.
Sistem ini memungkinkan aliran informasi dari hulu ke hilir — mulai dari sensor gempa di lapangan hingga pesan peringatan ke masyarakat — berlangsung jauh lebih cepat dan efisien.
Penguatan SDM dan Kolaborasi Nasional
Selain pembaruan teknologi, BMKG juga memperkuat kapasitas sumber daya manusia. Lebih dari 40 pelatihan telah digelar, melibatkan lebih dari 1.000 peserta lintas satuan kerja, instansi, dan pemerintah daerah.
Dwikorita menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proyek IDRIP, termasuk BNPB sebagai Executing Agency, Bank Dunia, dan berbagai kementerian/lembaga serta pemerintah daerah.
“Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All — agar peringatan dini yang makin cepat dan akurat benar-benar dapat menyelamatkan nyawa,” tutupnya.
BNPB: Pelajaran dari Bencana Besar 2018
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa proyek IDRIP merupakan hasil dari pelajaran penting pasca bencana besar tahun 2018 — gempa NTB, Palu-Donggala, dan tsunami Selat Sunda — yang mengungkap kelemahan dalam sistem peralatan dan kesiapsiagaan nasional.
“Bencananya tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegas Suharyanto.
Menurutnya, saat ini rantai hilir sistem peringatan dini telah jauh lebih siap. Informasi dari BMKG kini langsung terhubung ke Pusdalops pusat dan daerah, diteruskan ke desa tangguh bencana, dan dapat segera memicu aktivasi sirine evakuasi.
Warga di daerah rawan juga telah terlatih untuk mengikuti rute evakuasi yang sudah diperkenalkan dalam latihan rutin, sehingga perilaku berisiko seperti berbondong ke pantai saat air surut dapat dicegah.
Indonesia Menuju Era Baru Ketangguhan Bencana
Dengan implementasi sistem MHEWS dan superkomputer SMONG, Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan sistem peringatan dini gempa dan tsunami tercepat di dunia.
Langkah ini menandai era baru dalam ketangguhan nasional menghadapi bencana alam, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai laboratorium mitigasi bencana yang diakui dunia internasional.











