Menu

Mode Gelap

Nasional · 11 Agu 2025 18:53 WITA

Kemarau Basah, BMKG Ungkap Penyebab Hujan Masih Sering Turun di Awal Agustus


 pengendara motor dan mobil ditengah hujan deras jakarta Perbesar

pengendara motor dan mobil ditengah hujan deras jakarta

SOALINDONESIA – JAKARTA – Awal Agustus biasanya menjadi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun tahun ini, sejumlah daerah justru masih diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hujan ekstrem melanda beberapa provinsi pada awal bulan. Curah hujan tercatat 160,8 mm/hari di Bengkulu (1 Agustus), 203,5 mm/hari di Maluku (3 Agustus), 176,5 mm/hari di Sumatera Barat (8 Agustus), dan 254,7 mm/hari di Jawa Barat (9 Agustus).

Faktor Penyebab Hujan di Musim Kemarau

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan fenomena ini sesuai dengan prakiraan BMKG yang memprediksi peningkatan curah hujan di awal Agustus. Menurutnya, hujan terjadi akibat kombinasi beberapa faktor atmosfer, di antaranya:

  • Madden-Julian Oscillation (MJO)

  • Gelombang atmosfer

  • Pengaruh tidak langsung bibit siklon tropis 90S dan 96W

  • Sirkulasi siklonik

  • Perlambatan dan pertemuan angin di sekitar Indonesia

READ  Dr.H Bunyamin M Yapid:Membumikan Asta Protas Kemenag RI Dimulai dari Satuan Kerja

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa Indeks Dipole Mode bernilai negatif juga berperan. Kondisi ini menandakan aliran massa udara dari Samudra Hindia menuju Indonesia, yang mendorong pembentukan awan hujan masif dan memicu hujan lebat disertai petir serta angin kencang.

Wilayah Terdampak dan Prakiraan Cuaca

Berdasarkan analisis BMKG, potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat dan angin kencang pada 11–13 Agustus 2025 dapat terjadi di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Pada 14–16 Agustus 2025, intensitas hujan diperkirakan menurun. Namun, Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan masih berpotensi diguyur hujan lebat. Sementara itu, angin kencang berpeluang terjadi di Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan, yang dapat memicu gelombang laut tinggi.

READ  World's Most Expensive Sneakers Will Order Your Pizza

Fenomena Kemarau Basah Masih dalam Batas Normal

Fenomena hujan di musim kemarau ini dikenal sebagai kemarau basah, di mana curah hujan tetap turun secara berkala meski sedang memasuki kemarau.

Guswanto memastikan kondisi ini masih dalam batas normal secara klimatologis dan diperkirakan berlangsung hingga musim hujan tiba. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, sebelumnya juga menyebut anomali ini telah terjadi sejak Mei 2025 dan akan berlanjut hingga Oktober.

Melemahnya Monsun Australia, yang berasosiasi dengan musim kemarau, menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat. Kondisi ini ikut memicu terjadinya anomali curah hujan di sejumlah wilayah.

READ  Bea Cukai dan Tim Gabungan Gagalkan Penyelundupan Rp 30 Miliar di Jambi
Artikel ini telah dibaca 10 kali

Baca Lainnya

Gempa M1,8 Guncang Pasirlangu dan Jambudipa, BMKG: Akibat Aktivitas Sesar Lembang

14 Agustus 2025 - 23:33 WITA

Megawati Kembali Tunjuk Hasto Kristiyanto Jadi Sekjen PDIP 2025–2030

14 Agustus 2025 - 23:25 WITA

Kasus Korupsi Kuota Haji 2024, Cak Imin: Saya Enggak Ikut-Ikutan

14 Agustus 2025 - 23:14 WITA

KPK Geledah Kantor Travel Haji Maktour Terkait Dugaan Korupsi Kuota Haji 2024

14 Agustus 2025 - 23:07 WITA

Menag: Cegah Intoleransi Butuh Lebih dari Sekadar Undang-Undang

14 Agustus 2025 - 22:49 WITA

Hotel di Mataram Dapat Tagihan Royalti Musik dari LMKN, Nilainya Capai Rp16 Juta

14 Agustus 2025 - 16:18 WITA

Trending di News