Menu

Mode Gelap

Nasional · 18 Okt 2025 02:26 WITA

Menag Nasaruddin Umar: Ekoteologi Wujud Spiritualitas yang Menyatukan Manusia, Alam, dan Tuhan


 Menag Nasaruddin Umar: Ekoteologi Wujud Spiritualitas yang Menyatukan Manusia, Alam, dan Tuhan Perbesar

SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya membangun kesadaran ekoteologi, yakni pandangan yang menempatkan alam sebagai bagian integral dari spiritualitas manusia. Hal ini disampaikan dalam sambutannya pada Pesamuhan Agung Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di The Sultan Hotel, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

Dalam arahannya, Menag menjelaskan bahwa konsep ekoteologi yang kini tengah dikembangkan Kementerian Agama sejalan dengan filosofi Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu. Filosofi ini menekankan tiga harmoni utama, yaitu Pawongan (hubungan antarmanusia), Palemahan (hubungan manusia dengan alam), dan Parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan).

READ  Wamenag Romo Syafi’i Serahkan Santunan Asuransi kepada Keluarga Petugas Haji yang Wafat

“Segitiga ini harus dijaga utuh. Ketika salah satu sisi rusak — entah manusia, alam, atau spiritualitas — maka keseimbangan dunia akan runtuh,” ujar Nasaruddin.

Menghidupkan Kembali Alam yang Sakral

Lebih lanjut, Menag menyoroti bahwa hilangnya kesadaran manusia terhadap kesakralan alam merupakan akar dari krisis spiritual dan sosial di dunia modern.

“Dunia modern mengalami desakralisasi alam semesta. Tidak ada lagi tempat yang dianggap suci, padahal tempat-tempat sakral itu adalah pusat energi spiritual yang mampu menundukkan ego manusia,” tegasnya.

Ia juga mengutip pemikiran Karen Armstrong dalam buku The Sacred Nature, yang menegaskan bahwa pemulihan spiritual umat manusia harus dimulai dengan menghormati kembali bumi sebagai ciptaan Tuhan.

READ  KPK : Rp100 Miliar di Kasus Kuota Haji Bukan Milik Jemaah

“Kerusakan alam berkontribusi langsung pada kerusakan kemanusiaan. Dunia modern terlalu memandang alam semesta sebagai objek, bukan sebagai bagian dari diri kita sendiri,” jelas Menag.

Cinta sebagai Inti dari Ekoteologi

Dalam kesempatan yang sama, Nasaruddin menegaskan bahwa ekoteologi bukan sekadar wacana menjaga lingkungan, melainkan juga sarana memperdalam moderasi beragama yang bersumber dari spiritualitas dan cinta kasih.

“Kalau manusia sudah sadar bahwa alam ini adalah bagian dari dirinya, maka tidak perlu lagi terlalu sering kita bicara tentang moderasi, toleransi, atau deradikalisasi. Karena substansinya sudah hidup di dalam kesadaran spiritual dan cinta kasih manusia,” tuturnya.

READ  Sejarah Baru, Daging Dam Haji Indonesia Kini Disalurkan dalam Bentuk Olahan Siap Saji

Menag pun menutup sambutannya dengan ajakan untuk memperbanyak ruang-ruang kontemplasi dan spiritualitas di tengah kehidupan masyarakat.

“Semakin dekat manusia kepada Tuhannya, semakin damai kehidupan manusia. Dan semakin jauh manusia dari Tuhannya, semakin berat beban hidupnya,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 4 kali

Baca Lainnya

Mendagri Tito Karnavian Siap Bertolak ke Cilacap untuk Pimpin Apel Kesiapsiagaan Bencana Usai Banjir dan Longsor Memakan Korban

19 November 2025 - 04:18 WITA

Kuota Haji 2026 Disamaratakan 26 Tahun, Gus Irfan: Dinamis dan Tergantung Pendaftar

19 November 2025 - 04:05 WITA

Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Milad ke-113 Muhammadiyah, Tegaskan Peran Strategis dalam Memajukan Bangsa

19 November 2025 - 03:46 WITA

Menko Airlangga dan Menteri Perdagangan Singapura Bahas Penguatan Integrasi Ekonomi Kawasan

19 November 2025 - 03:37 WITA

Pemerintah Perkuat Hubungan Internasional, Indonesia–Singapura Tingkatkan Kerja Sama Investasi dan Pengembangan Kawasan BBK

19 November 2025 - 03:30 WITA

MK Wajibkan Polisi yang Isi Jabatan Sipil Mundur, Menhut Raja Juli Antoni: Kehadiran Polri di Kemenhut Sangat Membantu

19 November 2025 - 03:20 WITA

Trending di Nasional