SOALINDONESIA—SIDRAP – Dulu, rumah jabatan bupati Sidrap di pusat kota hanyalah bangunan megah yang dipandang dari jauh. Pagar tinggi dan kesan “hanya untuk kalangan tertentu” membuat banyak warga merasa tempat itu bukanlah bagian dari mereka. Namun, suasana itu berubah total di era kepemimpinan Bupati H. Syaharuddin Alrif.
Tak sekadar menjadi pusat administrasi dan pertemuan resmi, rumah jabatan kini benar-benar menjelma menjadi “rumah rakyat”. Bahkan, pada rangkaian peringatan HUT RI ke-80 tahun ini, halaman Rujab menjadi titik penghormatan bagi seluruh peserta Gerak Jalan Indah. Masyarakat dari berbagai penjuru Sidrap berbaur, menikmati suasana, tanpa sekat status sosial.
Jufri, warga Bampue, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Pria berusia 49 tahun ini duduk santai di kursi depan Rujab, memandangi arus manusia yang lalu-lalang dengan wajah berseri.
“Saya lahir di Sidrap, dan baru kali ini, di usia hampir setengah abad, saya bisa masuk ke rumah jabatan bupati tanpa ada larangan. Bahkan bupati sendiri ikut berbaur bersama kami, menyapa tanpa jarak,” ujarnya dengan mata berbinar.
Pemandangan hari itu memang tak biasa. Anak-anak berlarian di halaman, para orang tua menikmati obrolan di bawah rindangnya pohon, sementara peserta gerak jalan menerima salam hangat langsung dari Bupati Syaharuddin. Tak ada protokol rumit, tak ada sekat “tamu penting” — semua disambut sebagai bagian keluarga besar Sidrap.
Perubahan ini bukan sekadar membuka pintu sebuah bangunan, tapi membuka pintu hati antara pemimpin dan rakyatnya. Rujab yang dulunya simbol kekuasaan kini menjadi simbol kedekatan. Sebuah ruang yang menghapus jarak, menumbuhkan rasa memiliki, dan meneguhkan bahwa rumah jabatan memang seharusnya menjadi rumah semua.