JAKARTA – SOALINDONESIA – Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen pada kuartal II-2025, menurut data resmi Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini lebih tinggi dari prediksi banyak analis dan membawa tiga sinyal penting: daya beli masyarakat masih kuat, industri mulai bergairah, dan investasi tumbuh signifikan.
Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, menyebut bahwa data ini penting karena langsung menyentuh sektor riil dan memberi arah pemulihan ekonomi ke depan.
1. Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh, Daya Beli Masih Kuat
Konsumsi masyarakat tumbuh 4,97% secara tahunan, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Ini menepis kekhawatiran soal penurunan daya beli.
Data Indeks Penjualan Riil dari Bank Indonesia juga mendukung tren ini, dengan indeks naik menjadi 233,7 pada proyeksi Juni 2025. Simpanan masyarakat di bank juga meningkat menjadi Rp9.109 triliun, naik 4,02% dibanding tahun sebelumnya. “Angka ini membuktikan bahwa masyarakat masih belanja, tapi dengan pola baru,” ujar Christiantoko.
2. Industri Pengolahan Cetak Rekor Sejak 2022
Sektor industri pengolahan tumbuh 5,68%, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sektor ini juga menyerap hampir 20 juta tenaga kerja, menempati urutan ketiga setelah pertanian dan perdagangan.
3. Investasi Mesin Produksi Naik 25%, Tanda Reindustrialisasi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 6,99%. Lonjakan terutama datang dari investasi mesin dan perlengkapan yang tumbuh 25,30%, sejalan dengan produksi mesin yang naik 18,75%, tertinggi dalam 24 tahun terakhir. “Ini menunjukkan ekonomi kita tak lagi hanya bergantung pada konsumsi, tapi mulai masuk ke fase produksi,” tegasnya.
Christiantoko mengingatkan agar pemerintah tidak lengah. “Konsumsi rumah tangga dan investasi menyumbang lebih dari 70% PDB. Ini dua mesin utama yang harus dijaga agar ekonomi tetap bergerak,” tandasnya.