SoalIndonesia—Jakarta,– Partai NasDem mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan salah satu kadernya yang dinilai menjadi pemicu kemarahan masyarakat hingga berujung pada gelombang demonstrasi besar-besaran. Aksi unjuk rasa tersebut bahkan sempat berujung pada kericuhan, pembakaran fasilitas umum, tindakan anarkistis, hingga penjarahan di beberapa titik.
Keputusan nonaktifasi ini dinilai sebagai bentuk tanggung jawab politik sekaligus upaya meredam eskalasi ketegangan di tengah masyarakat. “Partai harus hadir sebagai penyejuk, bukan justru menambah bara. Karena itu, kader yang dianggap memperkeruh suasana kami nonaktifkan sementara untuk menjaga marwah partai,” ujar salah satu elite DPP NasDem.
Di sisi lain, sorotan publik kini mengarah pada Partai Amanat Nasional (PAN). Dua kadernya yang juga figur publik, Uya Kuya dan Eko Patrio, ramai dikecam warganet lantaran dinilai tidak menunjukkan empati terhadap aspirasi masyarakat dalam perjuangan mereka. Sikap dan pernyataan keduanya di media sosial dianggap justru memperkeruh situasi.
Sejumlah tokoh masyarakat dan aktivis mendesak DPP PAN untuk mengambil langkah serupa dengan NasDem. “Jika PAN ingin tetap dipercaya rakyat, mereka harus segera bersikap tegas. Jangan sampai pernyataan kader justru memantik api di tengah situasi yang sudah panas,” kata seorang pengamat politik.
Hingga berita ini diturunkan, pihak DPP PAN belum memberikan pernyataan resmi terkait desakan publik untuk menonaktifkan Uya Kuya dan Eko Patrio. Namun, gelombang kritik terus bergulir di ruang publik, menandakan tingginya sensitivitas masyarakat terhadap sikap elite politik di tengah perjuangan aspirasi rakyat.