SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menghadiri bedah buku “Penebar Benih Kebangsaan” yang mengulas sosok Pontjo Sutowo di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, Selasa (16/9).
Dalam forum tersebut, Menag membagikan kisah pribadi dan kilas balik pertemuannya dengan Pontjo, tokoh yang dikenal sebagai pengusaha sekaligus intelektual dengan visi kebangsaan yang luas.
Menurut Menag, Pontjo mengajarkan hal mendasar bagi bangsa Indonesia, yakni kebermanfaatan ilmu dan karya. “Seorang cendekiawan atau ilmuwan tidak berhenti pada pencapaian akademik, tetapi bertanggung jawab agar keilmuannya berdampak positif bagi lingkungannya,” ujar Nasaruddin.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa di balik kiprahnya sebagai pebisnis, Pontjo adalah intelektual sejati yang membentuk kelompok cendekia lintas agama. Hal ini, menurut Menag, menjadi bukti komitmen Pontjo terhadap keragaman intelektual di Indonesia.
Salah satu kontribusi penting Pontjo bagi PTIQ adalah inisiasi pembentukan Fakultas Kebudayaan. “Agama tanpa budaya tidak akan terasa indah. Sejarah Islam di Indonesia juga membuktikan hal ini, seperti Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam melalui budaya lokal,” jelas Menag.
Menag juga menyinggung pandangan Pontjo tentang Pancasila. Baginya, Pancasila bukan sekadar simbol negara, melainkan juga simbol budaya, religi, dan nilai sosial bangsa Indonesia. “Pontjo melihat Pancasila sebagai melting point yang mampu menghimpun berbagai konfigurasi budaya di tanah air,” ucapnya.
Pontjo Sutowo sendiri dikenal luas sebagai penggagas Festival Istiqlal. Ia pernah menjabat Ketua Umum Badan Pelaksana Festival Istiqlal 1991 dan kemudian menjadi Ketua Harian Festival Istiqlal pada periode berikutnya.
Selain itu, Pontjo juga merupakan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Al-Qur’an (YPA) yang menaungi PTIQ Jakarta.
“Kiprah beliau memberi teladan bahwa ilmu, budaya, dan agama dapat menyatu untuk memperkuat jati diri bangsa,” tutup Menag.