SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2025 akan berada pada level tinggi. Ia memproyeksikan pertumbuhan mencapai 5,4% hingga 5,6%, melampaui standar target nasional di atas 5%.
“Kami optimis range-nya antara 5,4–5,6%,” kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Airlangga menjelaskan, perkiraan ini didukung oleh penguatan belanja pemerintah yang diproyeksikan meningkat secara signifikan menjelang tutup tahun. Serapan anggaran kementerian/lembaga, menurutnya, rata-rata sudah berada di atas 90%.
“Hampir seluruh kementerian besar rencana serapan anggarannya di atas 90 persen,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kombinasi antara belanja pemerintah, bansos, serta program stimulus sepanjang akhir tahun akan menjadi motor utama pendorong pertumbuhan.
“Tambahan lagi program dari mobilitas masyarakat, termasuk momentum Nataru, memberikan dorongan tersendiri,” tambahnya.
Belanja Pemerintah Jadi Andalan
Kemenko Perekonomian menempatkan belanja pemerintah sebagai instrumen kunci untuk mendorong akselerasi ekonomi kuartal IV 2025. Berdasarkan data internal, sekitar 33,6% belanja pemerintah dilakukan pada kuartal terakhir tahun ini.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan, menilai capaian serapan anggaran tersebut akan menjadi penopang kuat bagi pertumbuhan ekonomi.
“Dengan berbagai akselerasi dan program stimulus, minimal 33,6% ini bisa kita capai. Kita harapkan menjadi penopang pertumbuhan di kuartal keempat,” kata Ferry dalam forum Indonesia Economic Outlook 2026 di Universitas Indonesia, Depok, Senin (24/11/2025).
Stimulus Nataru dan Dorongan Likuiditas
Selain belanja pemerintah, pemerintah juga menyiapkan stimulus akhir tahun untuk menghadapi periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Stimulus ini merupakan kelanjutan dari paket kebijakan serupa yang sebelumnya telah dijalankan pada momen Ramadan dan Idulfitri 2025.
Selain itu, pemerintah juga menempatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp236 triliun di perbankan BUMN.
Kebijakan ini diharapkan menambah likuiditas perbankan sekaligus mendorong penurunan suku bunga secara bertahap.
“Total ada Rp236 triliun yang diharapkan bisa menambah likuiditas maupun mempercepat penurunan suku bunga. Ini salah satu sumber pertumbuhan kita di kuartal keempat,” jelas Ferry.
Konsumsi Rumah Tangga Masih Stabil
Berbagai stimulus ekonomi tersebut juga diperkirakan memperkuat konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Angka indeks keyakinan konsumen serta stabilitas pendapatan masyarakat dilaporkan masih berada di level positif.
Dengan kondisi tersebut, pemerintah yakin bahwa momentum pertumbuhan dapat dipertahankan hingga akhir tahun dan menjadi landasan menuju ekonomi 2026 yang lebih kuat.











