SOALINDONESIA – JAKARTA – Gempa bumi dengan magnitudo 4,9 yang terjadi pada Rabu malam (20/8/2025) di Kabupaten Bekasi sempat menimbulkan kepanikan warga. Meski begitu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa secara teknis gempa tersebut tidak tergolong signifikan.
“Gempa dengan magnitudo 4,9 itu sebetulnya tidak kuat. Namun karena posisinya dangkal, hanya 10 kilometer, dan pusat gempanya berada di sedimen lepas, guncangan jadi teramplifikasi,” ujar Dwikorita
Amplifikasi guncangan ini membuat wilayah dengan kondisi tanah lepas seperti Karawang dan Bekasi, serta tanah lunak seperti Bandung, merasakan getaran lebih kuat dibandingkan gempa dengan magnitudo sama yang terjadi di batuan keras.
Dampak pada Bangunan
Menurut Dwikorita, meski magnitudo relatif kecil, dampak tetap bisa berbahaya bila bangunan tidak memenuhi standar tahan gempa.
“Biasanya yang roboh atau rusak itu bangunan yang belum dibangun sesuai standar tahan gempa, misalnya tidak diperkuat besi beton di pojok-pojok bangunan,” jelasnya.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau memastikan konstruksi rumah dan gedung sesuai standar Kementerian PUPR, baik dalam penggunaan material maupun teknik penyusunan bata dan cor beton.
Gempa Susulan
Dwikorita juga menyebutkan bahwa hingga saat ini BMKG mencatat satu kali gempa susulan dengan magnitudo 2,1. Energi gempa dinilai semakin menurun, namun BMKG tetap melakukan pemantauan intensif.