SOALINDONESIA–YOGYAKARTA Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo bersama pakar digital forensik Rismon Sianipar serta dokter Tiffauzia Tiyassuma atau dikenal sebagai dokter Tifa resmi meluncurkan buku berjudul Jokowi’s White Paper.
Buku setebal hampir 700 halaman ini pertama kali diperkenalkan dalam acara soft launching pada Senin (18/8).
Buku dengan judul lengkap Jokowi’s White Paper: Kajian Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika atas Keabsahan Dokumen dan Perilaku Kekuasaan berisi analisa ilmiah kolaboratif yang menyoroti keaslian ijazah Presiden Joko Widodo.
Acara Peluncuran Penuh Dinamika
Sejumlah tokoh hadir dalam acara soft launching ini, di antaranya Said Didu, Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto, hingga Refly Harun. Namun, acara sempat mengalami kendala teknis.
Pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) membatalkan penggunaan gedung University Club (UC) yang sebelumnya direncanakan sebagai lokasi acara.
Akhirnya, penyelenggara memindahkan acara ke Coffee Shop UC UGM. Meski demikian, ketika acara dimulai, listrik tiba-tiba padam sehingga lampu dan pendingin ruangan tidak berfungsi.
Isi Buku Jokowi’s White Paper
Roy Suryo menjelaskan, bagian awal buku mengulas latar belakang munculnya keraguan sejumlah tokoh terhadap keaslian ijazah Jokowi. Ia merujuk pada peristiwa dialog publik yang menghadirkan Jokowi, Mahfud Md, dan mendiang Buya Syafii Maarif.
Menurut Roy, pertanyaan kritis soal ijazah Jokowi awalnya banyak disuarakan oleh Bambang Tri Mulyono dan Sugi Nur Rahardja, meski keduanya kemudian menghadapi proses hukum.
Lebih lanjut, buku ini juga memuat:
Penelusuran tim ke Fakultas Kehutanan UGM untuk meneliti skripsi Jokowi (April 2025).
Analisis digital forensik menggunakan metode Error Level Analysis (ELA) oleh Rismon.
Kajian berbasis Behavioral Neuroscience oleh dokter Tifa yang menilai perilaku politik Jokowi.
“Kesimpulannya 99,9 persen skripsi Jokowi palsu. Sehingga tidak mungkin menghasilkan ijazah asli,” tegas Roy Suryo dalam sambutannya.
Edisi Cetak dan Distribusi Global
Buku ini diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris, serta tersedia dalam dua edisi: versi premium dan versi reguler. Selain itu, juga tersedia dalam format e-book.
Untuk cetakan pertama, Roy menyebut pihaknya menyiapkan 5.000 eksemplar. Dengan dukungan Forum Diaspora Indonesia (FDI), buku ini rencananya akan didistribusikan ke 25 negara.
“Insyaallah buku ini bisa jadi referensi. Silakan dibedah untuk skripsi, tesis, atau disertasi. Kami susun dengan bahasa teknis tapi populer, jadi semacam popular science,” ujar Roy Suryo menutup pernyataannya.