SOALINDONESIA–DEPOK Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A., menghadiri Perayaan Ekaristi Tahbisan Presbiterat dan Diakonat Keuskupan Bogor yang diselenggarakan di Gereja Katolik Paroki Santo Thomas, Depok, Senin (29/9).
Dalam perayaan khidmat tersebut, sepuluh pelayan umat resmi ditahbiskan, terdiri dari delapan frater menjadi imam (Presbiter) dan dua diakon baru, setelah menjalani masa pengabdian selama dua tahun di paroki setempat.
Acara tahbisan ini menjadi momen penuh makna bagi umat Katolik, khususnya di wilayah Keuskupan Bogor yang meliputi sebagian besar Jawa Barat dan Kota Bandung.
Dengan tahbisan ini, kehadiran para pelayan baru diharapkan semakin memperkokoh kehidupan iman umat dan memperluas jangkauan pelayanan pastoral di tengah masyarakat yang majemuk.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin menyampaikan apresiasi tinggi atas dedikasi para frater dan diakon yang telah mendedikasikan hidupnya bagi pelayanan umat.
“Menjadi frater dan diakon adalah tanggung jawab besar sekaligus tugas yang sangat mulia. Kalian dipanggil bukan hanya untuk melayani jemaat, tetapi juga untuk menebarkan kasih, merawat kemanusiaan, dan menghadirkan kedamaian di tengah masyarakat yang majemuk,” ujar Menag di hadapan ratusan umat yang memadati gereja.
Menag juga menegaskan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama, sembari mencontohkan terowongan penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta sebagai simbol konkret persaudaraan lintas iman.
“Rumah ibadah, apapun agamanya, pada hakikatnya adalah rumah kemanusiaan. Iman tidak boleh membatasi, melainkan harus menjembatani sesama manusia.”
Ia mengajak seluruh umat beragama untuk menjadikan momentum tahbisan ini sebagai sumber inspirasi dalam memperkuat semangat persaudaraan sejati di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kerukunan tidak boleh berhenti pada simbol. Ia harus hadir dalam sikap, tindakan, dan keseharian kita. Jadilah pelayan umat yang membawa terang, menghapus sekat, dan menghadirkan kasih di setiap ruang kehidupan.”
Lebih jauh, Menag menekankan pentingnya solidaritas lintas iman demi menjaga keutuhan bangsa.
“Semakin dekat kita dengan Tuhan, seharusnya semakin dekat pula kita dengan sesama manusia. Itulah inti dari moderasi beragama.”
Sementara itu, salah satu frater yang ditahbiskan, Frater Gerald, dalam pesan retretnya menyampaikan refleksi mendalam tentang arti persaudaraan.
“Memiliki teman adalah pilihan kemanusiaan, tetapi mempunyai saudara adalah pemberian Tuhan. Maka sikap batin yang tepat ketika kita memilih untuk bersaudara adalah menerima dengan penuh syukur.
Menag pun menyambut pesan tersebut dengan penuh apresiasi.
“Pesan ini sangat relevan. Kita adalah saudara, apapun latar belakang agama, suku, atau budaya kita. Mari kita rawat persaudaraan itu sebagai anugerah Tuhan untuk keberlangsungan hidup bersama dan keselamatan banyak orang.”
Komitmen Keuskupan Bogor
Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, turut menyampaikan rasa syukur atas tahbisan ini dan menyampaikan harapan agar para imam dan diakon baru dapat menjadi pelayan yang setia dan rendah hati dalam misi pastoral mereka.
“Kami percaya, dengan bimbingan Roh Kudus, para tahbisan hari ini akan menjadi gembala yang baik bagi umat di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.”
Perayaan tahbisan berlangsung dalam suasana khidmat dan penuh kekeluargaan, dihadiri para imam, biarawan-biarawati, umat paroki, serta tokoh-tokoh lintas agama yang turut memberi dukungan dan doa.