SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menerima kunjungan jajaran Indonesian Association of Islamic Economists (IAEI) di Masjid Istiqlal, Jakarta. Pertemuan ini membahas proses pembentukan struktur baru organisasi serta langkah penguatan peran ekonomi Islam dalam pembangunan nasional.
Ketua Tim Formatur Pengurus IAEI, Mustafa Edwin Nasution, dalam laporannya menyampaikan progres penyusunan kepengurusan baru, termasuk pembentukan tim formatur dan rencana pelantikan pengurus. Menurutnya, struktur organisasi IAEI akan diperluas dengan pembagian bidang dan komite yang lebih spesifik untuk memperkuat fungsi kelembagaan.
“Struktur baru ini dirancang untuk memastikan IAEI semakin kontributif dalam pengembangan ekonomi umat, pendidikan ekonomi syariah, hingga penguatan ekosistem zakat dan wakaf nasional,” ujar Mustafa.
Sebagai organisasi profesi yang menaungi para ekonom dan akademisi di bidang ekonomi Islam, IAEI berkomitmen mendorong penguatan ekosistem ekonomi syariah nasional melalui pendidikan, riset, dan kerja sama dengan pemerintah, lembaga pendidikan, serta industri keuangan syariah.
Mustafa juga menyampaikan bahwa rapat pleno tim formatur dijadwalkan pada 9 November 2025, sementara pelantikan pengurus baru akan dilaksanakan pada akhir November di Jakarta. Saat ini, IAEI memiliki lebih dari 7.000 anggota, terdiri atas akademisi, praktisi, serta pemangku kepentingan ekonomi syariah dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Menag Nasaruddin Umar mengapresiasi langkah IAEI memperkuat tata kelembagaan dan arah kerja strategis organisasi. Ia menekankan bahwa penguatan ekonomi Islam memiliki dimensi moral dan sosial yang sangat penting bagi kesejahteraan umat.
“Kita tidak bisa berdakwah tanpa bicara ekonomi. Ekonomi adalah bagian dari misi kemanusiaan dan keagamaan. Ketika ketimpangan terjadi, maka agama hadir untuk mengingatkan, mengoreksi, dan membimbing,” tegas Menag.
Menag juga menyinggung tantangan sosial yang masih dihadapi Indonesia, seperti tingginya angka kemiskinan ekstrem dan ketimpangan kesejahteraan. Menurutnya, ekonomi syariah harus hadir sebagai solusi konkret, bukan sekadar wacana normatif.
“Nilai-nilai kebajikan Islam harus menuntun transformasi ekonomi kita. Bukan hanya tumbuh, tetapi juga adil,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin memastikan bahwa Kementerian Agama siap bersinergi dengan IAEI dalam berbagai program strategis, mulai dari pengembangan riset ekonomi Islam, peningkatan literasi keuangan syariah, hingga penguatan peran zakat dan wakaf produktif.
“Kini saatnya memperkuat sinergi ulama, akademisi, dan praktisi ekonomi syariah. Kita ingin ekonomi umat tumbuh berdampingan dengan nilai moral dan spiritual,” ungkapnya.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan komitmen kedua pihak untuk menindaklanjuti kerja sama strategis antara Kementerian Agama dan IAEI. Kerja sama ini akan difokuskan pada pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis syariah serta dukungan terhadap kegiatan akademik dan riset di sektor ekonomi Islam.











