SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyoroti masih minimnya jumlah tenaga kerja Indonesia yang memiliki kompetensi digital dan kemampuan analisis tinggi. Kondisi ini dinilai menjadi tantangan serius dalam upaya mempercepat pengembangan ekosistem Artificial Intelligence (AI) di Tanah Air, terutama di sektor industri manufaktur.
Agus mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Indonesia masih kekurangan sekitar 2,7 juta talenta digital untuk mencapai target pembangunan industri berbasis AI.
“Hingga Juli 2025 jumlah talenta digital Indonesia baru mencapai 9,3 juta orang, sementara proyeksi kebutuhan sebesar 12 juta. Jadi ada gap atau defisit hampir 3 juta orang,” ujar Agus dalam acara Kumparan AI for Indonesia 2025 di Jakarta Theater, Kamis (23/10).
Menurut Agus, kekurangan tenaga kerja dengan keahlian digital menjadi hambatan dalam transformasi industri nasional menuju era otomasi dan kecerdasan buatan. Padahal, AI disebutnya sebagai salah satu teknologi kunci yang akan menentukan daya saing industri di masa depan.
Tren Pekerjaan Berbasis Digital Meningkat
Mengutip Future of Jobs Report 2025 yang dirilis World Economic Forum (WEF), Agus menyebut pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat hingga tahun 2030 adalah pekerjaan yang berbasis digital dan teknologi.
“Pekerjaan-pekerjaan tersebut meliputi Big Data Specialist, Financial Technology Engineer, AI dan Machine Learning Specialist, Software and Application Developer, dan Security Management Specialist,” papar Agus.
Ia menegaskan bahwa kekhawatiran sebagian masyarakat terhadap ancaman AI terhadap lapangan kerja tidak sepenuhnya benar. Justru, kemajuan teknologi tersebut akan menciptakan jenis pekerjaan baru yang lebih produktif dan bernilai tambah tinggi.
“Jadi, untuk anak-anak muda tidak perlu khawatir. Tumbuhnya AI tidak akan memperkecil ruang kerja manusia di Indonesia. Sebaliknya, AI akan membuka peluang baru bagi mereka yang siap dan mau beradaptasi,” jelasnya.
Dorong Kolaborasi Dunia Pendidikan dan Industri
Agus menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan pelaku industri untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja berbasis teknologi. Ia mendorong universitas dan politeknik untuk memperbanyak program studi terkait AI, data science, serta cyber security.
Selain itu, ia menyebut Kementerian Perindustrian tengah menyiapkan sejumlah program pelatihan vokasi industri yang terintegrasi dengan kebutuhan industri manufaktur berbasis AI.
“Kami ingin memastikan bahwa industri memiliki tenaga kerja yang siap menghadapi transformasi digital. Karena tanpa SDM unggul, AI hanya akan menjadi jargon tanpa manfaat nyata,” tegas Agus.
Indonesia Menuju Industri 5.0
Pemerintah, kata Agus, kini fokus mendorong implementasi Making Indonesia 5.0, yakni strategi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di bidang industri berteknologi tinggi di Asia Tenggara.
“Kita tidak boleh tertinggal. Penguasaan AI, robotika, dan big data adalah kunci agar industri Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen teknologi masa depan,” pungkas Menperin.











