SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Erick Thohir akhirnya angkat bicara terkait pernyataan Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang melarang Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga dunia, termasuk Olimpiade, akibat pembatalan visa atlet asal Israel dalam ajang Gymnastics World Championships.
Dalam pernyataannya, Erick menegaskan bahwa pemerintah Indonesia memahami konsekuensi dari kebijakan penolakan delegasi Israel, namun tetap berkomitmen memajukan dunia olahraga nasional dan berperan aktif di tingkat Asia maupun dunia.
“Indonesia mengambil langkah untuk menghindari kedatangan delegasi Israel pada Gymnastics World Championships. Kami memahami bahwa keputusan ini membawa konsekuensi, di mana selama Indonesia tidak dapat menerima kehadiran Israel, IOC memutuskan bahwa Indonesia tidak dapat menjadi tuan rumah kejuaraan dunia, event Olimpiade, Youth Olympic Games, dan kegiatan lain di bawah payung Olimpiade,” tulis Erick dalam akun media sosial resminya, Kamis (23/10/2025).
Tetap Fokus pada Pembangunan Olahraga Nasional
Meski menghadapi larangan dari IOC, Erick memastikan bahwa Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bersama pemerintah tetap fokus memperkuat ekosistem olahraga nasional.
“Kemenpora dan Pemerintah tetap berkomitmen mempersiapkan blueprint pembangunan olahraga nasional, termasuk penguatan 17 cabang olahraga unggulan serta pembangunan pusat latihan tim nasional,” ujar Erick.
Ia menegaskan, Indonesia akan tetap berperan aktif dalam berbagai ajang olahraga di kawasan Asia Tenggara, Asia, hingga tingkat dunia, meskipun tidak dapat menjadi tuan rumah ajang di bawah naungan IOC untuk sementara waktu.
“Indonesia akan terus berperan aktif dalam berbagai ajang olahraga di tingkat Asia Tenggara, Asia, maupun dunia, sehingga olahraga Indonesia dapat menjadi duta dan cerminan kedigdayaan bangsa di mata dunia,” tambahnya.
Latar Belakang Keputusan IOC
Sebelumnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengumumkan bahwa Indonesia tidak akan diizinkan menjadi tuan rumah kejuaraan dunia di bawah payung Olimpiade, termasuk Olimpiade dan Youth Olympic Games, sampai pemerintah memberikan jaminan bahwa semua atlet dari negara manapun, termasuk Israel, dapat bertanding di Indonesia.
Langkah ini merupakan respons atas keputusan Indonesia yang membatalkan visa atlet senam Israel, sehingga kontingen tersebut tidak bisa tampil dalam ajang Kejuaraan Dunia Senam (Gymnastics World Championships) yang saat ini tengah digelar di Indonesia.
Dalam pernyataannya, IOC menegaskan bahwa prinsip dasar Olimpiade adalah inklusivitas dan non-diskriminasi, sehingga tidak boleh ada negara tuan rumah yang menolak atlet berdasarkan asal negara, ras, atau keyakinan politik.
“IOC telah meminta semua federasi olahraga internasional untuk meninjau kembali penyelenggaraan kejuaraan di Indonesia. Kami juga menghentikan semua diskusi terkait potensi tawaran Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade, sampai ada jaminan kesetaraan bagi seluruh atlet,” tulis pernyataan resmi IOC.
Konteks Politik dan Diplomatik
Keputusan pemerintah Indonesia menolak kehadiran atlet Israel disebut-sebut berdasarkan sikap konsisten Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak segala bentuk hubungan diplomatik dengan Israel.
Sikap ini sebelumnya juga menyebabkan pembatalan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia oleh FIFA, setelah dua kepala daerah menolak kedatangan tim nasional Israel ke Tanah Air.
Meski demikian, Erick menegaskan bahwa Indonesia tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas dan perdamaian dunia melalui olahraga, sambil tetap berpegang pada prinsip politik luar negeri Indonesia.
“Olahraga adalah alat pemersatu bangsa dan dunia. Tapi kita juga memiliki nilai-nilai dan prinsip yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan posisi Indonesia di dunia internasional,” kata Erick dalam kesempatan terpisah.
Langkah Ke Depan
Kemenpora disebut akan melakukan dialog dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan federasi olahraga nasional untuk memastikan agar dampak dari keputusan IOC tidak menghambat pembinaan atlet Indonesia.
Selain itu, Erick menegaskan, pemerintah akan memperkuat diplomasi olahraga dengan negara-negara sahabat di kawasan Asia untuk memastikan Indonesia tetap menjadi bagian penting dalam percaturan olahraga global.
“Kita tidak boleh berhenti berprestasi hanya karena tidak jadi tuan rumah. Fokus utama tetap pada pembinaan atlet, infrastruktur, dan tata kelola olahraga nasional yang berkelanjutan,” pungkasnya.











