SOALINDONESIA–PALOPO Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA, resmi menerima gelar adat dari Kedatuan Luwu dalam sebuah prosesi khidmat yang digelar di Istana Kedatuan Luwu, Kelurahan Amassangan, Kecamatan Wara, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, pada Jumat (3/10/2025).
Dalam prosesi yang berlangsung penuh makna budaya tersebut, Nasaruddin dianugerahi gelar “To Makkadangnge ri Labutikka”, yang secara harfiah berarti “orang yang teguh berpegang pada kiblat”. Gelar ini mencerminkan sosok Nasaruddin yang dinilai konsisten dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan arah moral bangsa.
Didampingi 17 Rektor PTKIN se-Indonesia
Mengenakan pakaian adat berwarna hijau, Nasaruddin Umar tiba di lokasi bersama rombongan yang terdiri dari 17 rektor universitas Islam negeri (PTKIN) dari seluruh Indonesia, termasuk Rektor UIN Palopo, Abbas Langaji. Turut hadir pula Wali Kota Palopo, Naili, dan Bupati Luwu, Patahudding, yang menyambut langsung kedatangan Menteri Agama di gerbang istana.
Prosesi penyematan gelar dipimpin oleh Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiraja, yang menjelaskan makna gelar tersebut kepada publik.
“’To Makkadangnge ri Labutikka’ artinya orang yang teguh berpegang pada kiblat,” jelas Andi Syaifuddin kepada media usai acara.
Ia juga menyebut bahwa Kedatuan Luwu sebelumnya telah beberapa kali memberikan gelar adat kepada tokoh nasional, di antaranya Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Simbol Kehormatan: Keris dan Pin Kedatuan
Selain gelar adat, Nasaruddin Umar juga menerima keris dan pin Kedatuan sebagai simbol kehormatan dan penghormatan dari masyarakat adat Luwu. Pihak kedatuan berharap agar kehadiran Nasaruddin sebagai tokoh nasional dapat turut mendukung inisiatif perubahan nama Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo menjadi UIN La Pattiware, merujuk pada sosok ulama penyebar Islam pertama di Tana Luwu.
Apresiasi Menteri Agama: “Gelar Ini Pengingat Moral”
Dalam sambutannya, Nasaruddin Umar menyampaikan apresiasi mendalam atas penghargaan yang diberikan oleh Kedatuan Luwu.
“Izinkan saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas penganugerahan gelar ini,” ucapnya di hadapan para tamu undangan.
Ia mengibaratkan gelar adat tersebut sebagai pengingat untuk tetap berjalan sesuai arah yang diharapkan masyarakat dan tidak menyimpang dari nilai-nilai kebenaran.
“Mudah-mudahan gelar ini bisa berfungsi seperti weser, agar tidak menyalip kanan-kiri, dan menjadi lampu agar tidak jatuh ke jurang,” tambahnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Warisan Budaya dan Nilai Islam yang Terjaga
Nasaruddin juga menyoroti kekayaan budaya dan sejarah Luwu yang menurutnya masih terjaga dengan baik hingga kini. Ia menyebut penganugerahan gelar adat sebagai bentuk nyata penghormatan terhadap nilai-nilai Islam Nusantara yang berpadu harmonis dengan kearifan lokal.
“Luwu adalah salah satu contoh terbaik di Indonesia dalam menjaga harmoni antara budaya lokal dan nilai Islam. Ini warisan luar biasa,” tuturnya.
Acara ditutup dengan sesi ramah tamah dan doa bersama, menandai hubungan erat antara tokoh nasional, institusi keagamaan, dan masyarakat adat di wilayah Sulawesi Selatan.