SOALINDONESIA–WAJO Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional ke-8 sekaligus MQK Internasional pertama resmi dibuka hari ini oleh Menteri Agama KH Nasaruddin Umar di Pondok Pesantren As’adiyah, Macanang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Ajang ini menjadi momentum penting bagi pesantren untuk menegaskan kembali peran kitab turats (kitab kuning) dalam merawat lingkungan dan menebarkan pesan perdamaian dunia.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menekankan pentingnya pembaruan fiqih sebagai bagian dari upaya merespons kerusakan lingkungan dan krisis iklim global. Ia menyoroti besarnya dampak perubahan iklim yang bahkan melebihi kerusakan akibat konflik bersenjata.
“Jumlah korban jiwa akibat perubahan iklim mencapai empat juta jiwa setiap tahun, karena penyakit dan bencana yang ditimbulkannya. Kadang musim penghujan justru kering, kemarau malah banjir,” ungkap Menag di hadapan ribuan santri dan tamu undangan.
Pesantren Diminta Gali Ajaran Turats tentang Lingkungan
Menag mengajak komunitas pesantren untuk menggali kembali nilai-nilai ekologis yang tersimpan dalam khazanah kitab-kitab klasik. Ia meyakini, pemahaman yang lebih dalam terhadap kitab turats akan melahirkan pendekatan baru dalam menyikapi krisis lingkungan.
“Semakin sopan kita memperlakukan alam, semakin besar peluang kita menunda datangnya bencana. Kitab-kitab lama menyimpan nilai-nilai ekologis yang harus digali ulang,” katanya.
Tema MQK 2025: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian
Tahun ini, MQK mengangkat tema besar “Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats.” Tema tersebut menegaskan peran pesantren sebagai pusat peradaban Islam yang mampu menjawab tantangan global melalui kearifan lokal dan keilmuan klasik.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Amien Suyitno, menyampaikan bahwa KH Ali Yafie, ulama asal Sulawesi Selatan, telah menjadi pelopor dalam mengembangkan fiqih lingkungan Nusantara jauh sebelum isu pemanasan global menjadi perhatian dunia.
“Beliau menulis fiqih lingkungan dengan merujuk pada kitab-kitab otoritatif. Kitab turats itu bukan hanya membahas ibadah, tapi juga sarat nilai ekoteologi dan perdamaian,” tegasnya.
MQK: Lebih dari Sekadar Lomba Membaca Kitab Kuning
Wakil Ketua Umum Pesantren As’adiyah, AGH Kamaluddin Abunawas, menekankan bahwa MQK bukan hanya ajang kompetisi membaca kitab kuning, melainkan forum ilmiah untuk memperdalam pengetahuan Islam yang kontekstual dengan kehidupan umat saat ini.
“MQK adalah ruang untuk mendalami kitab, mengaitkannya dengan kehidupan nyata, dan membumikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin,” tuturnya.
Ia juga menyebut bahwa Pesantren As’adiyah, yang akan genap berusia 100 tahun pada 2027, kini telah memiliki lebih dari 450 cabang di seluruh Indonesia.
Dihadiri Tokoh Nasional dan Internasional
Pembukaan MQK 2025 turut dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Wajo Andi Rosman, Wakil Gubernur Maluku Utara H Sarbin Sehe, para pejabat Kementerian Agama, ulama lintas negara, serta dewan hakim dan peserta MQK dari dalam dan luar negeri.
Agenda Meriah: Dari Halaqah Internasional hingga Night Inspiration
Selain perlombaan, rangkaian MQK tahun ini juga diisi dengan beragam agenda edukatif dan inspiratif:
Pramuka Santri Nasional
Expo Kemandirian Pesantren di Lapangan Merdeka Wajo
Halaqah Internasional di Macanang, mengangkat tema ekoteologi dalam kitab turats
Gerakan Ekoteologi Pesantren, berupa aksi bersih lingkungan dan penanaman pohon
Night Inspiration, yang akan dimeriahkan oleh penampilan Veve Zulfikar, Raim Laode, Arda Naff, dan Budi Doremi
Fajar Inspiration pada Jumat Subuh, menghadirkan tokoh-tokoh nasional seperti:
Prof. Nasaruddin Umar
Prof. Kamaruddin Amin
Prof. Sayid Agil Husin Al-Munawar
KH Abdul Moqsith Ghazali
Acara ini akan dilangsungkan di Masjid Ummul Qurra, Pondok Pesantren As’adiyah.
Pesan dari Wajo untuk Dunia
MQK Nasional dan Internasional ini diharapkan tidak hanya menjadi kompetisi keilmuan, tetapi juga wadah pertukaran gagasan lintas negara, serta momentum penting dalam mengarusutamakan narasi Islam damai dan ramah lingkungan dari pesantren Indonesia untuk dunia.