SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan persiapan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai pengganti liquefied petroleum gas (LPG) terus berjalan. Proyek hilirisasi strategis ini disebut akan memanfaatkan teknologi dari beberapa negara maju demi memastikan efisiensi dan keberlanjutannya.
Teknologi dari China, AS, hingga Eropa Masuk Radar
Bahlil mengakui bahwa Indonesia masih membutuhkan transfer pengetahuan dari luar negeri untuk mempercepat pengembangan hilirisasi energi, termasuk di sektor batu bara. Karena itu, teknologi dari China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa sudah dijajaki sebagai opsi utama.
“Teknologinya itu salah satu dari Cina, dari Eropa, dari Amerika. Bangsa kita ini kita harus jujur, kita masih butuh teknologi luar,” ujar Bahlil dalam perbincangan dengan media di kantornya, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Sementara untuk pemilihan mitra utama yang akan menggarap proyek, Kementerian ESDM menyerahkannya kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang juga menjadi BUMN khusus menangani proyek-proyek energi strategis.
“Perusahaannya saya serahkan ke BUMN Danantara. Karena itu market-nya captive,” tambah Bahlil.
Feasibility Study Dikebut, Ditarget Rampung Desember 2025
Saat ini Danantara tengah menyelesaikan feasibility study (FS) atau uji kelayakan proyek gasifikasi. Pemerintah memberikan tenggat waktu hingga awal Desember 2025 agar hasil kajian segera digunakan sebagai dasar memulai konstruksi pada 2026.
“Presiden memberikan waktu paling lambat Desember awal ini selesai. Kalau sudah selesai, baru menentukan lokasi-lokasinya. Ini terkait cadangan bahan baku,” jelas Bahlil.
Dua Kekuatan Teknologi: China vs Konsorsium Eropa–Korea
Pemerintah kini mengerucutkan pilihan pada dua kandidat terkuat penyedia teknologi gasifikasi:
1. China, yang memiliki rekam jejak panjang dalam proyek gasifikasi batu bara berskala besar; dan
2. Konsorsium Eropa–Korea Selatan, yang menawarkan pendekatan lebih ramah lingkungan dan efisiensi proses yang lebih tinggi.
“DME belum kami finalkan. Sekarang lagi uji FS dengan teknologinya. Ancang-ancangnya ada dua: satu dari China, satu gabungan Korea dan Eropa,” ujar Bahlil.
Pilihan akhir akan diumumkan setelah seluruh evaluasi teknis dan ekonomis selesai.
Infrastruktur dan Pasokan Batu Bara Dinilai Aman
Bahlil memastikan bahwa tidak ada kendala berarti terkait kesiapan infrastruktur pendukung proyek hilirisasi DME. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki cadangan batu bara low-calorie yang melimpah, yang menjadi bahan baku utama pembuatan DME.
“Enggak ada masalah. DME itu pakai batu bara low kalori, dan cadangan kita banyak. Teknologinya juga makin efisien,” ungkapnya.
Ia menambahkan, inovasi di sektor gasifikasi terus berkembang sehingga proses produksi DME ke depan diharapkan semakin murah dan ramah lingkungan.
Tujuan Utama: Kurangi Ketergantungan pada LPG Impor
Proyek DME merupakan bagian dari strategi besar pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada LPG impor, yang masih menyedot anggaran subsidi negara. Dengan hilirisasi batu bara menjadi DME, pemerintah berharap tercipta substitusi energi domestik yang lebih stabil dan terjangkau.
Kementerian ESDM dan Danantara dijadwalkan mengumumkan kemajuan terbaru termasuk hasil FS, mitra resmi teknologi, serta lokasi final pabrik gasifikasi pada akhir tahun ini.











