SOALINDONESIA – JAKARTA District Blok M, salah satu pusat kuliner populer di Jakarta Selatan, mendadak berubah wajah. Area yang sempat jadi magnet anak muda itu kini makin sepi setelah banyak UMKM memilih angkat kaki akibat lonjakan biaya sewa kios yang dianggap tak masuk akal.
Awalnya, pedagang membayar sekitar Rp 2 juta per bulan. Namun, sejak pertengahan tahun ini tarif meroket menjadi Rp 7,5 juta hingga Rp 15 juta per bulan. Kenaikan ini membuat banyak tenant tidak sanggup bertahan. Beberapa gerai kuliner yang sempat viral bahkan secara terbuka pamit lewat media sosial.
“Kami tidak bisa lanjut, sewa naik terlalu tinggi,” ujar salah satu pedagang yang kiosnya sudah ditutup.
Distrik Jadi Sunyi
Pantauan di lokasi menunjukkan sejumlah kios sudah tutup rapat dengan rolling door diturunkan. Beberapa tenant bahkan sudah mengosongkan barang-barang mereka. Kondisi ini membuat suasana District Blok M jauh berbeda dari masa jayanya beberapa bulan lalu.
Gubernur DKI Turun Tangan
Lonjakan sewa ini memicu respon cepat Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Ia menegur langsung MRT Jakarta selaku pihak yang bekerja sama dengan koperasi pengelola District Blok M. Menurutnya, kenaikan tarif jauh dari kesepakatan awal yang hanya berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 1,5 juta per bulan.
Gubernur juga memberikan opsi: jika koperasi pengelola tidak bisa mengikuti aturan, kerja sama akan diputus dan MRT diminta mengambil alih langsung. Sebagai solusi jangka pendek, pemerintah menyiapkan skema gratis sewa dua bulan untuk pedagang baru yang ingin berjualan di kawasan Blok M Hub.
UMKM Perlu Perlindungan
Kasus District Blok M menjadi cermin rapuhnya ekosistem usaha kecil jika hanya bergantung pada popularitas lokasi. Tanpa regulasi dan perlindungan, UMKM rawan jadi korban spekulasi harga sewa yang melonjak drastis.