Menu

Mode Gelap

News · 11 Sep 2025 18:03 WITA

Banjir Besar Terjang Bali, 14 Orang Meninggal, Ratusan Warga Mengungsi


 Banjir Besar Terjang Bali, 14 Orang Meninggal, Ratusan Warga Mengungsi Perbesar

SOALINDONESIA–DENPASAR Hujan deras yang mengguyur Bali dalam beberapa hari terakhir membawa petaka. Alih-alih menjadi berkah, air hujan justru berubah menjadi bencana banjir yang melumpuhkan sejumlah wilayah. Kota Denpasar menjadi daerah terparah karena berada di kawasan hilir.

Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Kamis (11/9/2025), pukul 11.00 WIB, mencatat jumlah korban meninggal akibat banjir di Bali bertambah menjadi 14 orang, sementara 2 orang lainnya masih hilang.

“Data sementara per Kamis, 11 September 2025, pukul 11.00 WIB, total korban meninggal dunia yang sudah ditemukan berjumlah 14 jiwa dan yang masih dalam pencarian sebanyak 2 warga,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Rincian korban meninggal adalah:

Kota Denpasar: 8 orang

Kabupaten Jembrana: 2 orang

Kabupaten Gianyar: 3 orang

Kabupaten Badung: 1 orang

Korban hilang seluruhnya berasal dari Denpasar.

READ  Lagu “17 Agustus” Karya Husein Mutahar, Simbol Perjuangan yang Tetap Membakar Semangat Kemerdekaan

Ratusan Warga Mengungsi

Hingga Kamis siang, BPBD Bali mencatat 562 warga mengungsi. Sebanyak 327 orang berada di Kabupaten Jembrana, sedangkan 235 orang di Kota Denpasar. Sejumlah sekolah, balai desa, musala, hingga banjar difungsikan sebagai posko pengungsian sementara.

BNPB telah menyalurkan bantuan darurat berupa 200 lembar selimut, 200 matras, 300 paket sembako, 50 unit tenda keluarga, 2 unit tenda pengungsi, perahu karet, mesin, serta 3 pompa air.

Banjir Terparah di Bali

Pengamat Tata Kota Universitas Udayana, Putu Rumawan Salain, menilai banjir kali ini adalah yang terbesar dan terparah dalam sejarah Bali karena hampir seluruh wilayah terdampak dan korban jiwa cukup banyak.

“Ini dampak dari perencanaan tata ruang yang tidak dipatuhi. Semua akibat tingkah polah manusia di atas bumi. Harus jadi peringatan untuk kembali tunduk pada tata ruang yang sudah ada,” kata Rumawan.

READ  Kompolnas Respons Klaim Keluarga Arya Daru Pangayunan: Silakan Meyakini, Asal Ada Bukti

Ia menyoroti alih fungsi lahan besar-besaran sebagai pemicu banjir. Pertumbuhan pariwisata mendorong meningkatnya jumlah penduduk Bali hingga lebih dari 4 juta jiwa, dengan Denpasar hampir menyentuh 1 juta jiwa. Akibatnya, sempadan sungai dan lahan resapan banyak yang berubah menjadi permukiman dan bangunan wisata.

“Air hujan tidak bisa lagi diserap karena lahan sudah ditutup beton. Bumi tidak bisa bernapas dan tidak bisa menyerap air. Ketika hujan deras, air meluap dan menyerbu Denpasar yang datarannya paling rendah,” jelasnya.

Lahan Sawah Menyusut, Subak Hilang Fungsi

Direktur Walhi Bali, Made Krisna Dinata, menyebut alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan di kawasan metropolitan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) sebagai penyebab utama kerentanan bencana.

Data Walhi menunjukkan, antara 2018–2023, penyusutan sawah di Denpasar mencapai 784,67 hektare (6,23%), Badung 1.099,67 hektare, Gianyar 1.276,97 hektare, dan Tabanan 2.676,61 hektare. Hilangnya sawah otomatis menghilangkan fungsi Subak yang mampu menampung ribuan ton air.

READ  Hendropriyono Temui Presiden Prabowo, Ungkap Dalang Demo Rusuh Senen Pagi Ini

“Jika lahan pertanian dan Subak terus dialihfungsikan, sistem hidrologis alami Bali rusak. Air tak lagi tertampung dan mengalir, akhirnya meluap jadi banjir,” tegas Krisna.

Desakan Moratorium Pembangunan

Krisna menilai buruknya penerapan tata ruang menjadi akar masalah. Banyak pembangunan pariwisata melanggar sempadan sungai, pantai, hingga kawasan rawan bencana.

Ia mendorong Pemda segera melakukan moratorium pembangunan akomodasi pariwisata di Sarbagita, serta meninjau ulang proyek infrastruktur besar yang mengorbankan lahan pertanian.

“Yang paling mendesak sekarang adalah meninjau ulang drainase dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Badung, serta memulihkan korban terdampak. Jika tidak, pariwisata Bali juga terancam karena siapa yang mau datang kalau kita tak bisa menanggulangi banjir?” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 5 kali

Baca Lainnya

Puan Maharani Sampaikan Duka atas Banjir Bali, Desak Pemerintah Gerak Cepat Pulihkan Warga dan Infrastruktur

12 September 2025 - 00:24 WITA

Komisi VII DPR dan Pemerintah Sepakat Revisi UU Kepariwisataan, Siap Disahkan Jadi Undang-Undang

11 September 2025 - 23:53 WITA

KPK Tetapkan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo Tersangka Korupsi Bansos Kemensos 2020

11 September 2025 - 23:32 WITA

KPK Rampungkan Pemeriksaan Satori Terkait Korupsi CSR BI-OJK, Singgung 15 Mobil Sitaan

11 September 2025 - 19:23 WITA

Ketua DPD RI Apresiasi RAPBN 2026, Soroti Pemangkasan Dana Transfer ke Daerah

11 September 2025 - 19:12 WITA

Evakuasi Korban Jatuhnya Helikopter di Mimika Rampung, Seluruh Penumpang Tewas

11 September 2025 - 18:26 WITA

Trending di News