SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa dalam pandangan Al-Qur’an, kedudukan perempuan setara dengan laki-laki, bahkan secara spiritual, sifat-sifat perempuan lebih mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber dalam pengajian Ikatan Wanita Bank Rakyat Indonesia (IWABRI) bertajuk “Menjaga Harmoni Keluarga dengan Wawasan Al-Qur’an”, yang digelar secara hybrid di Gedung Brilliant Club, Jakarta.
Dalam paparannya, Menag mengungkapkan bahwa 99 nama indah Allah (Asmaul Husna) didominasi oleh sifat-sifat feminin.
“Dalam 99 Asmaul Husna, sekitar 80 persen sifat Allah adalah feminin, sementara sifat maskulin hanya 20 persen. Nama-nama Allah yang paling sering diulang adalah sifat penuh kasih, seperti Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Al-Qur’an pun selalu dibuka dengan Bismillahirrahmanirrahim, bukan dengan sifat-sifat keras,” ujarnya.
Islam dan Spiritualitas Feminin
Menurut Menag, inti dari ajaran Islam adalah cinta, bukan kekerasan atau kebencian. Oleh karena itu, pendekatan keagamaan harus mencerminkan nilai kasih sayang, kelembutan, dan pengampunan—sifat-sifat feminin yang justru lebih dekat dengan karakter Allah.
“Kalau ingin mendekat kepada Allah, kita perlu menumbuhkan sifat-sifat feminin dalam diri kita. Allah lebih memperkenalkan diri-Nya sebagai Rabb—pemelihara dan pelindung—dibanding sebagai Ilah yang menekankan kuasa dan kekuatan,” jelasnya.
Keluarga Sakinah: Cinta adalah Fondasi
Menag juga menyoroti pentingnya membangun harmoni dalam keluarga. Ia menjelaskan bahwa hubungan suami-istri seharusnya bersifat fungsional, bukan struktural.
“Rumus keluarga sakinah adalah cinta. Cinta istri diwujudkan dalam rahmah, sementara cinta suami dalam mawaddah. Jadi jangan pernah minder menjadi perempuan,” ujar Nasaruddin.
Dorong Ulama Perempuan dan Ekoteologi
Sebagai bagian dari visi moderasi beragama dan inklusi gender, Kementerian Agama saat ini tengah mendorong penguatan kader ulama perempuan serta pengembangan ekoteologi, yaitu pemahaman Islam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Yang menafsirkan Al-Qur’an tidak hanya laki-laki, perempuan pun bisa. Di Istiqlal, kami sudah menyiapkan kader ulama perempuan,” ungkap Menag.
Hadir dalam acara tersebut Ketua Tingkat Pusat IWABRI Linda Hery Gunardi, Wakil Ketua Tingkat Pusat Yani Agus Noorsanto, serta jajaran pengurus dan anggota Majelis Taklim MT As-Sakinah.
Acara ini menjadi wadah penting dalam menguatkan pemahaman keislaman yang moderat, inklusif, dan relevan dengan tantangan keluarga dan masyarakat masa kini.