SOALINDONESIA–KUALALUMPUR Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Pemerintah Indonesia dalam pernyataan bersama para pemimpin Asia Zero Emission Community (AZEC) ke-3 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/10/2025).
Dalam forum tingkat tinggi tersebut, para pemimpin negara dari Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam mendeklarasikan lima komitmen bersama untuk memperkuat kerja sama regional menuju transisi energi bersih dan target Net Zero Emission (NZE).
Indonesia Dapat Keuntungan Strategis
Menurut Airlangga, Indonesia sangat diuntungkan dengan kelima komitmen yang disepakati negara anggota AZEC.
“Pemerintah Indonesia berpeluang besar memperkuat pembiayaan transisi energi dan pengembangan pasar karbon yang melimpah dari Indonesia,” ujar Menko Airlangga dari Kuala Lumpur, dikutip dari keterangan resmi, Minggu (26/10).
Ia menambahkan, selain memperluas potensi pasar karbon dan mempercepat transisi energi nasional, Indonesia juga akan memperoleh dukungan teknologi dekarbonisasi, termasuk di bidang hidrogen, energi terbarukan, serta efisiensi energi.
Airlangga menegaskan, deklarasi lima komitmen tersebut turut meningkatkan posisi strategis Indonesia dalam kerja sama energi kawasan Asia, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060.
“Ini meningkatkan posisi Indonesia dalam kemitraan strategis energi kawasan untuk mencapai Net Zero Emission 2060. Ini keuntungan besar bagi Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,” imbuh Airlangga.
Lima Komitmen Bersama Pemimpin AZEC
Pertemuan ke-3 AZEC dipimpin oleh Perdana Menteri Jepang dan Perdana Menteri Malaysia, dengan fokus pada strategi mempercepat transisi energi dan dekarbonisasi di kawasan Asia.
Lima komitmen utama yang disepakati para pemimpin negara adalah sebagai berikut:
1. Dukungan terhadap target iklim global.
Seluruh negara anggota berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca untuk menjaga pemanasan global tetap di bawah 1,5°C serta mencapai net-zero emissions, sesuai hasil Global Stocktake (GST) COP28.
2. Transisi energi yang adil, terjangkau, dan inklusif.
AZEC menekankan pentingnya transisi energi yang tidak membebani ekonomi negara berkembang, menjamin akses energi bagi masyarakat, dan memperkuat ketahanan energi regional.
3. One Goal, Various Pathways.
Tiap negara menargetkan net-zero dengan pendekatan teknologi dan kebijakan yang sesuai kondisi nasional masing-masing, melalui prinsip fleksibel dan pragmatis.
4. Triple Breakthrough.
Negara anggota berkomitmen mencapai tiga tujuan strategis: mengatasi perubahan iklim, menjamin pertumbuhan ekonomi inklusif, dan menjaga ketahanan energi jangka panjang.
5. Action Plan for the Next Decade.
Para pemimpin negara menekankan perlunya percepatan implementasi selama dekade ini. Pemantauan capaian dan tindak lanjut akan dilakukan oleh para menteri terkait melalui laporan kemajuan tahunan.
Transisi Energi yang Berkeadilan
Airlangga menegaskan bahwa AZEC kini bergerak dari sekadar wacana menuju implementasi nyata di lapangan. Menurutnya, seluruh pemimpin negara anggota sepakat bahwa transisi energi harus berkeadilan dan tidak boleh menghambat pembangunan ekonomi negara berkembang.
“Dengan ini, Indonesia siap memperkuat kerja sama teknologi, pendanaan, dan kapasitas kelembagaan dalam kerangka AZEC,” tegas Airlangga Hartarto.
Tentang AZEC
Inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC) merupakan wadah kerja sama antarnegara di kawasan Asia yang diinisiasi oleh Jepang. Tujuannya untuk mendorong pengurangan emisi karbon, mempercepat transisi energi bersih, serta memastikan keberlanjutan pembangunan ekonomi di kawasan.
Pertemuan tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam memperkuat kepemimpinan regional di sektor energi, sekaligus menunjukkan komitmen nyata terhadap pembangunan hijau dan berkelanjutan.











