SOALINDONESIA–JAKARTA Kepolisian masih mendalami sepak terjang WFT (23), pemilik akun X (Twitter) @Bjorkanesiaaa, yang ditangkap karena diduga membobol dan menyebarkan data pribadi 4,9 juta nasabah bank swasta di Indonesia. Dari hasil penyelidikan terbaru, polisi menemukan temuan mengejutkan berupa data digital berukuran lima gigabyte yang berisi puluhan entitas data pribadi dari berbagai sektor penting, termasuk lembaga keuangan, kesehatan, pendidikan, konstruksi, hingga e-commerce.
Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, mengatakan bahwa sebagian data yang ditemukan bahkan diduga milik lembaga serta pemerintahan luar negeri. Temuan ini membuka indikasi bahwa aksi WFT meluas hingga ke sistem digital lintas negara.
“Datanya bervariasi dan banyak. Kemarin kita diskusikan dengan law enforcement, datanya lima giga. Anda bisa bayangkan, 5 giga itu sebesar apa isinya,” ujar Fian kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Senin (3/11/2025).
Data Bocor dari Berbagai Sektor
Fian menjelaskan, berdasarkan hasil penelusuran awal, data yang dikumpulkan WFT tidak hanya berasal dari perusahaan dalam negeri. Polisi mendapati indikasi adanya data milik institusi asing, termasuk bank dan lembaga kesehatan luar negeri.
“Ada dari data kesehatan, data bank dalam maupun luar negeri, ada data sekolah, konstruksi, dan juga e-commerce,” kata Fian.
Polisi kini tengah melakukan verifikasi untuk memastikan keaslian serta sumber data tersebut. Setiap entitas atau perusahaan yang ditemukan dalam berkas digital itu akan dipanggil untuk memberikan keterangan dan menyerahkan log sistem mereka guna ditelusuri apakah benar sistemnya diretas oleh WFT atau terjadi kebocoran internal dari pihak lain.
“Nanti akan kita tindak lanjuti bagaimana sistem itu bisa di-hack oleh Bjorka dan datanya diambil. Kita akan panggil entitas atau lembaga itu untuk diperiksa,” ujarnya menegaskan.
Kerja Sama Internasional Dilakukan
Polda Metro Jaya juga berencana menjalin kerja sama dengan kepolisian internasional untuk menelusuri kemungkinan keterlibatan pihak asing dalam kebocoran data tersebut. Negara-negara yang merasa sistemnya dibobol akan diundang berkoordinasi dalam upaya sharing data dan pembandingan log sistem.
“Itu nanti kita akan kerja sama dengan kepolisian luar negeri agar mereka bisa memeriksa sistemnya, apakah memang terjadi data breach. Kalau benar, kita akan berbagi data untuk menangkap pelakunya — apakah benar dia WFT ini atau ada pelaku lain,” jelas Fian.
Menurut dia, penyidik masih menunggu hasil log sistem dari para pemilik data untuk memastikan jalur penyusupan yang digunakan pelaku. Dari hasil pemeriksaan itu, polisi akan menentukan apakah WFT bertindak sebagai peretas utama atau hanya penadah data hasil curian dari pihak lain.
“Itu nanti kita tunggu log dari sistem elektronik masing-masing korban atau data owner. Dari sana baru kita bisa simpulkan,” tandasnya.
Awal Mula Kasus Terbongkar
Kasus ini mencuat pertama kali pada Februari 2025, ketika akun X dengan nama pengguna @Bjorkanesiaaa mengunggah tangkapan layar data salah satu nasabah bank swasta. Akun tersebut bahkan mengirim pesan langsung ke akun resmi bank, mengklaim telah mengantongi 4,9 juta data nasabah.
Aksi itu memicu penyelidikan oleh Direktorat Siber Polda Metro Jaya. Setelah dilakukan pelacakan digital secara mendalam, jejak aktivitas akun tersebut mengarah ke WFT, warga Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara.
Polisi kemudian menangkap WFT pada Selasa, 23 September 2025, dan menyita sejumlah perangkat elektronik yang digunakan untuk mengakses, menyimpan, serta mempublikasikan data pribadi para korban.
Polisi Fokus Ungkap Jaringan
Fian menegaskan, penyidik kini fokus mengungkap jaringan yang terlibat di balik aksi pembobolan besar ini. Ada dugaan bahwa WFT merupakan bagian dari komunitas siber yang lebih luas, yang dikenal publik dengan nama samaran “Bjorka Sulut.”
“Masih kita dalami apakah dia bekerja sendiri atau bagian dari kelompok. Kita juga selidiki apakah dia hanya sebagai penyebar, penadah, atau pelaku utama,” kata Fian.
Kasus ini menjadi salah satu insiden kebocoran data terbesar sepanjang 2025, dengan potensi dampak serius terhadap keamanan data pribadi jutaan warga Indonesia. Polda Metro Jaya menegaskan bahwa proses penyelidikan akan dilakukan secara menyeluruh dan transparan untuk menegakkan hukum serta memperkuat keamanan siber nasional.











