SOALINDONESIA–SINGAPURA Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia kini memegang peran strategis dalam industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dunia. Indonesia, tegasnya, bukan lagi sekadar pasar teknologi, melainkan telah menjadi bagian penting dari rantai pasok global baterai EV berkat kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang terus didorong pemerintah.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi saat menjadi pembicara dalam Bloomberg New Economy 2025 yang digelar di Singapura, Jumat (21/11/2025).
“Indonesia adalah bagian dari rantai pasok global baterai kendaraan listrik. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi membangun fondasi masa depan yang kuat,” ujarnya dalam pidato utama di hadapan para pemimpin dunia dan pelaku industri global.
Hilirisasi Disebut Fondasi Ekonomi Masa Depan
Dalam forum tersebut, Jokowi menjelaskan bahwa kebijakan hilirisasi mineral—mulai dari nikel, bauksit, hingga tembaga—adalah langkah strategis yang akan menentukan daya saing Indonesia dalam industri masa depan. Hilirisasi, menurutnya, bukan sekadar proses industri, tetapi fondasi untuk membangun kekuatan ekonomi jangka panjang.
Ia menegaskan bahwa pengembangan pabrik baterai EV, pemanfaatan data, dan penguasaan teknologi menjadi bagian penting dari upaya menjadikan Indonesia pemain utama dalam ekonomi berbasis teknologi.
“Kita sedang belajar menggunakan data, teknologi, dan sumber daya melalui hilirisasi dan sektor baterai kendaraan listrik sebagai langkah menuju ekonomi cerdas,” jelasnya.
Jokowi juga menekankan bahwa pengembangan industri EV tidak boleh berhenti pada ekspor bahan mentah, melainkan harus sejalan dengan penguatan sumber daya manusia dan peningkatan inovasi teknologi lokal.
QRIS, Bukti Inklusi Digital dan Pilar Ekonomi Cerdas
Selain bicara soal hilirisasi, Jokowi juga menyoroti percepatan digitalisasi sistem pembayaran melalui QRIS sebagai salah satu bukti nyata inklusi digital di Indonesia. Menurutnya, QRIS telah menyetarakan akses teknologi keuangan antara pelaku UMKM dan perusahaan besar.
“Hari ini, seorang pedagang kaki lima di desa kecil menggunakan sistem pembayaran yang sama dengan perusahaan besar di Jakarta. Itulah kekuatan QRIS yang membuat pembayaran digital menjadi mudah dan universal,” kata Jokowi.
Ia menambahkan bahwa digitalisasi bukan hanya sekadar penggunaan teknologi, melainkan upaya menciptakan ekosistem ekonomi yang merata dan inklusif. Pemerintah juga terus mendorong peningkatan literasi teknologi bagi masyarakat, termasuk pemahaman soal AI, coding, algoritma, dan machine learning.
Jokowi Masuk Jajaran Dewan Penasihat Ekonomi Baru 2025
Kehadiran Jokowi dalam Bloomberg New Economy Forum 2025 kali ini memiliki makna tersendiri. Ia bukan hanya hadir sebagai tamu undangan, tetapi juga sebagai anggota New Economy Advisory Board 2025, bersama sejumlah tokoh ekonomi global.
Dewan tersebut beranggotakan figur-figur kelas dunia, antara lain:
Mario Draghi, Mantan Perdana Menteri Italia
Rishi Sunak, Mantan Perdana Menteri Inggris
Gina Raimondo, Mantan Menteri Perdagangan AS
Forum tahunan yang berlangsung pada 19–21 November 2025 ini mengusung tema “Thriving in an Age of Extremes”, membahas perkembangan global mulai dari kecerdasan buatan (AI), dinamika geopolitik, transisi energi, hingga risiko iklim. Sekitar 500 pemimpin publik dan swasta menghadiri forum ini untuk membahas arah ekonomi global di masa depan.
Indonesia Bersiap Menuju Ekonomi Cerdas yang Inklusif
Menutup pidatonya, Jokowi menegaskan bahwa Indonesia kini berada pada jalur yang tepat untuk memasuki era ekonomi cerdas. Dengan penguatan hilirisasi, digitalisasi, dan peningkatan kualitas SDM, Indonesia diyakini mampu menjadi negara dengan daya saing tinggi di tengah perubahan global.
“Ekonomi cerdas bukan hanya soal teknologi, tetapi pemberdayaan manusia dan pemerataan akses di seluruh pelosok negeri,” tegasnya.
Jokowi menyebut bahwa ekonomi masa depan harus mampu memberdayakan bukan hanya perusahaan besar, tetapi juga pelaku usaha kecil hingga generasi muda yang akan menjadi penggerak inovasi.











