SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku heran dengan fenomena naiknya harga minyak goreng di dalam negeri. Padahal, Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia.
Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Sabtu (30/8) pukul 11.50 WIB, harga MinyaKita di tingkat konsumen tercatat Rp17.475 per liter. Angka tersebut lebih tinggi 11,31 persen dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp15.700 per liter.
“Saya ulangi, minyak goreng sering naik padahal kita (produsen) terbesar dunia. Produsen terbesar dunia nomor 1, nomor 2 Malaysia,” kata Amran, Sabtu (30/8).
Amran menilai fenomena tersebut terjadi karena adanya distorsi dalam tata niaga pangan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah.
Selain minyak goreng, ia juga menyoroti komoditas pangan lain yang kerap mengalami lonjakan harga meski Indonesia sudah mampu mengekspornya ke sejumlah negara.
“Yang kedua, ayam sering naik padahal kita sudah ekspor. Telur kita sudah ekspor. Bawang merah kita kejar hanya 2 tahun, kita sudah ekspor swasembada. Tetapi kadang harga naik tinggi,” ungkapnya.
Menurutnya, kondisi ini merugikan konsumen karena harga menjadi mahal, sekaligus merugikan produsen yang seharusnya bisa berbisnis dengan lebih stabil.
Pemerintah, lanjut Amran, kini tengah berupaya membangun ekosistem pangan yang sehat agar rantai pasok berjalan lancar, sehingga mampu meningkatkan PDB, kesejahteraan petani, dan daya beli masyarakat.
“Dan juga pengusahanya tenang, berbisnis dengan tenang. Nah ini yang kita mau bangun. Kalau beras sudah selesai, kita bergeser ke gula, kemudian komoditas lainnya.
Satu per satu ekosistem yang kita bangun, dari hulu sampai hilir, mulai regulasi sampai ke tingkat konsumen,” jelas Amran.