SOALINDONESIA–LUWUTIMUR Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan, kali ini terkait penggunaan bekas bangunan sarang burung walet sebagai dapur produksi MBG di Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Meski pengelola telah memberikan klarifikasi bahwa bangunan tersebut telah dibersihkan dan tidak pernah dihuni burung walet, sejumlah orang tua siswa tetap menyuarakan kekhawatiran atas standar kebersihan dan keamanan makanan.
Koordinator SPPG: Tidak Pernah Digunakan untuk Budidaya Walet
Koordinator Wilayah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Luwu, Taliya M, mengonfirmasi bahwa bangunan yang berada di Jalan Poros Makassar–Palopo itu memang bekas bangunan sarang burung walet, namun tidak pernah digunakan secara aktif untuk budidaya.
“Bangunan itu rencananya dulu mau dijadikan sarang walet, tapi tidak pernah dipakai. Semua lubang walet sudah dibersihkan dan ditutup,” ujar Taliya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (27/9).
Taliya menambahkan, bangunan tersebut telah melalui proses verifikasi dan disetujui sebagai dapur MBG. Namun, karena muncul kekhawatiran dari masyarakat, pihak SPPG memutuskan untuk menunda operasional dapur dan saat ini tengah melakukan evaluasi internal.
“Karena ada opini masyarakat, ya kami tutup lagi sementara. Rencananya beroperasi 6 Oktober, tapi sekarang masih diskusi ulang dengan pihak dapur dan Kepala SPPG,” jelasnya.
Pengelola Dapur: “Bukan Sarang Walet, Tapi Rencana Penginapan”
Sementara itu, Kepala Dapur MBG Suli, Ade Reza Syahputra Aris, menegaskan bahwa bangunan tersebut bukan sarang walet, melainkan hanya dirancang seperti itu oleh pemiliknya sebelum akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi bangunan multi-fungsi.
“Tidak ada aktivitas walet di sana. Bahkan pemilik bangunan bilang dulunya itu mau dijadikan penginapan. Sudah dibuat sekat kamar-kamar, dan sekarang semua lubang walet sudah ditutup,” tegas Reza.
Ia menambahkan, bagian luar bangunan sudah diberi baliho besar bertuliskan Dapur SPPG, serta penutup tambahan di bagian samping menggunakan kalsiboard.
“Kami sudah lakukan penyesuaian. Tidak ada warga yang komplain ke kami. Kalau ada, silakan datang langsung ke SPPG, jangan dibawa ke media,” ujarnya.
Orang Tua Siswa: “Kami Tetap Cemas, Masih Terdengar Suara Pemanggil Walet”
Namun di sisi lain, sejumlah orang tua siswa menyampaikan keresahan mereka. Salah satu orang tua, yang meminta identitasnya disamarkan, mengaku masih mendengar suara pemanggil burung walet dari bangunan tersebut saat sore hari.
“Kami orang tua tentu khawatir dengan kebersihan makanannya. Itu bangunan dulunya jelas sarang walet. Sekarang katanya sudah bersih, tapi masih terdengar suara pemanggil walet. Kami ragu,” katanya.
Ia juga mempertanyakan standar verifikasi dapur MBG, karena menurutnya tidak ada renovasi total yang dilakukan untuk menjamin kebersihan dapur.
“Semoga saja makanan yang diproduksi nanti tidak sampai membahayakan anak-anak. Jangan sampai kejadian keracunan di daerah lain terulang,” imbuhnya.
Kekhawatiran Serupa Disuarakan Warga Lain
Senada dengan itu, Muliati, orang tua siswa lainnya, menyebutkan bahwa meskipun program MBG bertujuan mulia, lokasi dapur tetap harus sesuai dengan standar kebersihan dan keamanan pangan.
“Selama bersih sih tidak masalah, tapi tetap saja itu dulunya sarang burung walet. Harusnya dari awal cari lokasi yang lebih layak,” katanya.
Pemkab Luwu: MBG Belum Berjalan, Rencana Mulai 6 Oktober
Terpisah, Kabid SMP Pemkab Luwu, Andi Tenri, mengonfirmasi bahwa program MBG di Kecamatan Suli belum berjalan dan baru akan dimulai pada 6 Oktober 2025, jika semua persiapan telah selesai.
“Belum terealisasi MBG-nya. Tanggal 6 Oktober sepertinya baru mulai,” ungkapnya.
SPPG Janji Evaluasi Proses Verifikasi
Taliya menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi mendalam terhadap proses verifikasi dapur MBG ke depan, agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami akan evaluasi lagi untuk proses verifikasi lapangan. Ke depan harus lebih ketat,” pungkasnya.
Kesimpulan: Penundaan Demi Evaluasi Lebih Lanjut
Polemik dapur MBG di Kecamatan Suli menambah catatan kritis terhadap implementasi program Makan Bergizi Gratis yang kini menjadi prioritas nasional. Meskipun dapur telah lolos verifikasi teknis, keresahan publik tak bisa diabaikan.
Kini, publik menanti langkah evaluasi nyata dari pihak terkait agar kualitas dan keamanan makanan untuk anak-anak tetap terjaga.