Menu

Mode Gelap

Nasional · 18 Agu 2025 14:05 WITA

Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% Dinilai Ambisius di Tengah Tekanan Global


 Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% Dinilai Ambisius di Tengah Tekanan Global Perbesar

SOALINDONESIA–JAKARTA Target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4 persen pada tahun depan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dinilai cukup ambisius, mengingat tantangan besar yang tengah dihadapi perekonomian global.

Peneliti Senior Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Deni Friawan, menilai target tersebut masih terlalu optimistis, meskipun secara angka tampak konservatif bila dibandingkan dengan RPJMN yang menargetkan 6,3 hingga 8 persen.

“Walaupun dia konservatif, kami memandang itu masih tidak realistis di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global yang tinggi,” kata Deni dalam media briefing CSIS terkait RAPBN 2026 di Pakarti Centre Building, Jakarta Pusat, Senin (18/8).

READ  Menkeu Purbaya Soroti Tarif Cukai Rokok Capai 57 Persen: “Terlalu Tinggi”

Suku Bunga dan Utang Baru

Selain target pertumbuhan, Deni juga menyoroti kebijakan tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun yang berada di level 6,9 persen.

Ia menyebut angka tersebut masih konservatif, namun menunjukkan kebutuhan utang baru di tengah kompetisi global dalam mencari pendanaan.

“Kita ketahui bahwa India, Amerika Serikat, pasca tarif, ini juga akan membutuhkan pendanaan yang besar. Akibat inflasi yang tinggi di AS, suku bunga global pasti akan tinggi,” ujarnya.

Inflasi dan Subsidi Energi

Deni menambahkan, meskipun inflasi di Indonesia relatif rendah, pencapaian tersebut harus dibayar mahal dengan subsidi energi yang besar.

READ  Olly Dondokambey Dicopot dari Ketua DPD PDI-P Sulut

“Yang pertama, subsidi energinya masih besar. Yang kedua, ini mengindikasikan adanya pelemahan permintaan swasta akibat suku bunga yang tinggi, atau yang kita sebut crowding out,” jelasnya.

Tantangan Harga Komoditas

Sementara itu, Direktur Eksekutif CSIS, Yose Rizal Damuri, menilai target pertumbuhan ekonomi 2026 juga terancam melemah akibat tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti CPO, batu bara, nikel, dan gas alam.

“Empat komoditas ini menyumbang sekitar 40 persen dari ekspor Indonesia dan semuanya sudah mengalami pelemahan harga yang cukup dalam dibandingkan dua atau tiga tahun lalu. Tren ini masih akan berlanjut,” kata Yose.

READ  Helikopter PK-IWS Milik Maskapai Intan Angkasa Hilang Kontak, SAR Gabungan Gelar Pencarian

Menurut Yose, melemahnya harga komoditas ditambah dengan berkurangnya permintaan global akan berdampak langsung pada perekonomian nasional.

“Kalau harga komoditas naik, pertumbuhan ekonomi kita ikut naik. Tapi sebaliknya, kalau harga turun, pertumbuhan ekonomi kita juga turun. Jadi, akan sulit mencapai target 5,4 persen tahun depan,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

Baca Lainnya

Jokowi Beri Arahan Kesiapan Pemilu 2029 ke Elite PSI Saat Bertemu di Bali

5 Oktober 2025 - 01:27 WITA

Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Temui Presiden Prabowo di Kertanegara, Dapat Arahan Khusus Jelang HUT ke-80 TNI

5 Oktober 2025 - 00:36 WITA

Menag Nasaruddin Umar Ziarah ke Makam Puang Ramma, Ajak Umat Teladani Kesalehan dan Kesederhanaan Ulama Kharismatik Sulsel

5 Oktober 2025 - 00:16 WITA

Jokowi Beri Arahan ke Pengurus Baru PSI: Fokus Penguatan Struktur dan Kaderisasi

4 Oktober 2025 - 22:11 WITA

Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Temui Presiden Prabowo di Kertanegara, Tegaskan Pesan Persatuan TNI

4 Oktober 2025 - 19:44 WITA

Jokowi Temui Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Kertanegara: Pertemuan Dua Jam, Isi Pembicaraan Masih Dirahasiakan

4 Oktober 2025 - 19:27 WITA

Trending di Nasional