Menu

Mode Gelap

News · 5 Okt 2025 21:48 WITA

Reformasi Pendidikan Jadi Sorotan di ASEAN for the Peoples Conference 2025, Anies Baswedan: Kita Punya “Dreams Gap”


 Reformasi Pendidikan Jadi Sorotan di ASEAN for the Peoples Conference 2025, Anies Baswedan: Kita Punya “Dreams Gap” Perbesar

SOALINDONESIA–JAKARTA Reformasi sistem pendidikan kembali menjadi perhatian utama dalam sesi diskusi bertajuk “Ideas to Upgrade and Reform Our Education Ecosystem” di ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) 2025, yang berlangsung di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta, Minggu (5/10/2025).

Para tokoh pendidikan dari berbagai negara Asia Tenggara menyoroti kesenjangan sistemik dan perlunya perubahan mendasar demi menjawab tantangan era digital dan kebutuhan generasi muda.

Salah satu pembicara utama, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, menyampaikan pandangan kritis terhadap sistem pendidikan di Asia Tenggara yang dinilai belum mampu mengikuti perkembangan zaman.

“Siswa kita hidup di abad ke-21, guru masih berpikir dengan pola abad ke-20, dan ruang kelas kita berasal dari abad ke-19,” ujar Anies dalam sesi diskusi yang penuh antusiasme peserta.

Anies menyoroti bahwa kesenjangan pendidikan bukan hanya soal fasilitas atau akses, tetapi juga mencakup “dreams gap” — kesenjangan dalam hal imajinasi dan cita-cita, terutama antara anak-anak di kota besar dan daerah terpencil.

READ  Densus 88 Ungkap 110 Anak di 23 Provinsi Terpapar Radikalisme Lewat Rekrutmen Online, Jawa Barat dan Jakarta Tertinggi

“Anak-anak di kota besar memiliki banyak contoh dan peluang. Sementara di desa, banyak yang bahkan tidak pernah bertemu orang yang kuliah. Tanpa imajinasi tentang apa yang mungkin, bakat bisa hilang sebelum sempat tumbuh,” tegasnya.

Pendidikan Lebih dari Sekadar Persiapan Kerja

Dalam paparannya, Anies juga menekankan bahwa pendidikan tidak boleh dipersempit hanya sebagai sarana untuk memasuki dunia kerja. Ia menyerukan perubahan paradigma dalam melihat peran pendidikan dalam masyarakat.

“Pendidikan harus menyiapkan anak muda menjadi warga yang kritis, punya empati, dan mampu memecahkan masalah di masyarakat,” jelasnya.

Sebagai solusi konkret, ia mengusulkan kerja sama lintas negara ASEAN, seperti program pertukaran guru dan relawan muda, untuk memperkaya pengalaman belajar lintas budaya dan memperluas wawasan peserta didik di seluruh kawasan.

READ  Kemenkeu: Pajak yang Sengaja Tidak Dipungut Capai Rp 530,3 Triliun di 2025, Terbanyak dari Sektor Manufaktur

Vietnam: Pendidikan Gratis, Strategi Atasi Kemiskinan

Dari Vietnam, Assoc. Prof. Dr. Nguyen Thanh Lam, Wakil Rektor Universitas Lac Hong, menyampaikan langkah konkret negaranya dalam menjamin akses pendidikan. Ia mengumumkan bahwa mulai September 2025, pemerintah Vietnam membebaskan biaya sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA.

“Pendidikan adalah strategi utama untuk keluar dari kemiskinan. Setiap anak di Vietnam harus mendapat kesempatan yang sama untuk belajar,” ujarnya.

Langkah ini dinilai sebagai tonggak penting dalam mendorong pemerataan pendidikan di Asia Tenggara, khususnya bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Malaysia: Kunci Reformasi Ada di Guru

Sementara itu, Samuel Isaiah, Direktur Eksekutif organisasi pendidikan PEMIMPIN dari Malaysia, menyoroti peran strategis guru dalam reformasi pendidikan. Ia menegaskan bahwa peningkatan kualitas guru harus menjadi prioritas utama.

“Kalau kita tidak punya guru terbaik di kelas, maka tidak ada yang akan berubah. Meningkatkan status dan pelatihan guru adalah kunci reformasi,” ujarnya.

READ  Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tegaskan Tes Kemampuan Akademik (TKA) Tetap Digelar 3–9 November 2025: “The Show Must Go On”

Menurut Samuel, profesi guru harus kembali mendapat penghargaan yang tinggi di masyarakat, disertai dukungan sistemik untuk pengembangan kapasitas mereka.

Seruan untuk Reformasi Menyeluruh di Kawasan ASEAN

Diskusi di AFPC 2025 ini menghasilkan satu pesan kuat: reformasi pendidikan di Asia Tenggara tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Perlu kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat sipil untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan relevan.

Bagi Anies Baswedan, pendidikan bukan sekadar soal mengajar demi masa depan, tetapi juga soal membangun masa depan yang bisa dibayangkan oleh semua anak di kawasan ini.

“Reformasi harus menutup bukan hanya skills gap, tapi juga dreams gap. Setiap anak di ASEAN harus punya kesempatan yang sama untuk bermimpi besar dan mewujudkannya,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 15 kali

Baca Lainnya

Wamendagri Bima Arya Ajak ASN Jaga Kerendahan Hati dan Silaturahmi sebagai Kunci Kesuksesan

30 November 2025 - 22:37 WITA

Gus Yahya Tegaskan Masih Sah Menjabat Ketua Umum PBNU: “Hanya Muktamar yang Bisa Mengganti”

30 November 2025 - 22:10 WITA

Sejumlah Minimarket di Sibolga Dijarah, Polisi Tangkap 16 Pelaku

30 November 2025 - 22:00 WITA

Titiek Soeharto dan Didit Prabowo Tinjau Korban Banjir Bandang di Pidie Jaya, Pastikan Bantuan Mengalir

30 November 2025 - 18:26 WITA

Kemenhub Cabut Status Internasional Bandara Khusus PT IMIP Morowali

30 November 2025 - 18:16 WITA

Polisi Jadwalkan Gelar Perkara Khusus Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi

30 November 2025 - 17:59 WITA

Trending di News