SOALINDONESIA–JAKARTA Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa menjadi santri adalah bentuk perjuangan yang utuh, melibatkan tiga elemen utama: thalabul ‘ilm (menuntut ilmu), tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), dan jihad fi sabilillah (perjuangan di jalan Allah).
Hal ini disampaikan oleh pria yang akrab disapa Gus Yahya dalam acara Kick Off peringatan Hari Santri 2025 yang digelar di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (10/10/2025).
“Orang menjadi santri itu kalau dia mau menggerakkan dunianya untuk thalabul ‘ilm, yaitu menuntut ilmu, dan tazkiyatun nafs, membersihkan jiwanya. Karena menjadi santri bukan hanya soal berada di lembaga formal atau sekuler, tapi lebih dalam dari itu,” kata Gus Yahya dalam siaran pers resmi yang diterima Sabtu (11/10/2025).
Menurut Gus Yahya, santri tidak hanya belajar secara intelektual, tetapi juga melalui tirakat dan riyadlah, yaitu latihan spiritual yang menjadi bagian dari proses penyucian diri.
“Santri itu belajarnya dibarengi dengan tirakat. Dan elemen utama dari semua ini adalah jihad fi sabilillah, sebab keberadaan kita semua adalah untuk menggambarkan kesetiaan kepada Allah. Puncaknya, ya jihad fi sabilillah itu,” tegasnya.
Hari Santri 2025: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga mengumumkan tema besar Hari Santri 2025, yaitu: “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia”. Tema ini, menurutnya, terinspirasi dari Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh NU pada 22 Oktober 1945, sebagai seruan perlawanan terhadap penjajah pasca-kemerdekaan RI.
“Hari Santri itu ditetapkan dengan merujuk kepada Resolusi Jihad, yang merupakan seruan perang sabil untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari upaya penjajahan kembali,” jelas Gus Yahya.
Resolusi tersebut, tambahnya, menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan santri dan ulama, serta menegaskan peran strategis pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun bangsa.
NU Care-LAZISNU Siapkan Rangkaian Program Sosial Bertema Santri Mandiri, Santri Merawat Negeri
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU, Riri Khariroh, mengumumkan sejumlah kegiatan sosial dalam rangka memeriahkan Hari Santri 2025. Seluruh rangkaian tersebut dirangkum dalam tagline “Santri Mandiri dan Santri Merawat Negeri.”
Program akan digelar selama dua bulan ke depan melalui lima pilar utama, yaitu:
1. NU Care Cerdas
Penyaluran beasiswa bagi guru ngaji, santri, penghafal Al-Qur’an, dan mahasiswa kurang mampu.
2. NU Care Berdaya
Bantuan modal, pelatihan UMKM, serta literasi keuangan syariah khusus untuk perempuan dan generasi muda.
3. NU Care Sehat
Kegiatan skrining mata untuk santri dan layanan kesehatan gratis di berbagai pesantren.
4. NU Care Damai
Pemberian santunan kepada anak yatim dan para penghafal Al-Qur’an sebagai bentuk kepedulian kemanusiaan.
5. NU Care Hijau
Program pengelolaan sampah masjid dan pesantren, serta penanaman pohon produktif di berbagai daerah.
“Melalui lima pilar ini, kami ingin menghadirkan semangat Hari Santri sebagai momentum penguatan kontribusi santri dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dakwah, hingga pelestarian lingkungan,” tutur Riri.
Santri, Pilar Peradaban dan Masa Depan Bangsa
Peringatan Hari Santri 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat jati diri santri sebagai agen perubahan, penjaga nilai-nilai luhur agama, dan pilar peradaban masa depan Indonesia.
Dengan menggabungkan semangat jihad intelektual, spiritual, dan sosial, PBNU berharap nilai-nilai kesantrian dapat terus relevan dan berperan dalam menjawab tantangan zaman serta membangun masa depan bangsa yang lebih mulia.