SOALINDONESIA–SURABAYA Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menggelar pertemuan dengan sejumlah General Manager (GM) hotel di Gedung Pemerintah Kota Surabaya pada Jumat (24/10). Langkah ini diambil menyusul pengungkapan kasus pesta seks sesama jenis atau pesta gay yang terjadi di salah satu hotel di Surabaya pada Sabtu (18/10) lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Eri menegaskan bahwa kejadian tersebut tidak mencerminkan nilai dan karakter Kota Surabaya yang menjunjung tinggi nilai agama dan moralitas. Ia meminta seluruh pengelola hotel untuk meningkatkan kewaspadaan serta memastikan hal serupa tidak terulang kembali.
“Jadi kemarin ada kejadian seperti itu (pesta gay) di Surabaya. Maka tadi saya mengumpulkan hotel-hotel untuk saya sampaikan, Surabaya ini adalah kota yang dibangun dengan syariat agama, dengan kekuatan agama, yang dibuktikan sejak zaman pertempuran dulu. Jadi jangan dicoreng Surabaya dengan hal seperti itu,” ujar Eri kepada wartawan.
Eri menambahkan, sektor jasa—termasuk perhotelan—memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Surabaya. Karena itu, ia menilai kerja sama antara pemerintah dan pihak hotel sangat dibutuhkan untuk menjaga reputasi dan keamanan kota.
“Kota Surabaya ini kota jasa. Pertumbuhan ekonomi kita berasal dari sektor jasa, termasuk hotel. Maka saya mengundang seluruh anggota PHRI dan GM hotel untuk berkomitmen menjaga agar kejadian seperti itu tidak terulang lagi,” ucapnya.
Menurut Eri, hasil dari pertemuan tersebut menghasilkan komitmen bersama antara Pemkot, kepolisian, dan pelaku industri hotel untuk memperketat pengawasan dan memperkuat sistem deteksi dini terhadap aktivitas mencurigakan di lingkungan hotel.
“Teman-teman hotel punya komitmen agar kejadian itu tidak terulang. Kita akan lakukan pelatihan bekerja sama dengan kepolisian dan beberapa lembaga,” katanya.
Eri juga menekankan pentingnya koordinasi cepat antara hotel dan aparat keamanan, terutama bila ada indikasi aktivitas yang tidak wajar di dalam kamar hotel.
“Kalau ada yang aneh, misalnya orang (banyak) keluar masuk kamar berulang kali, langsung hubungi Polrestabes Surabaya atau Call 112. Kita akan bergerak bersama,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Harian PHRI Koordinator Wilayah Surabaya, Firman Sudi Permana, menyambut positif langkah Pemkot Surabaya. Ia memastikan bahwa seluruh anggota PHRI siap mendukung upaya pemerintah untuk menjaga nama baik kota dan industri pariwisata.
“Kalau kami dari PHRI sudah ada komitmen. Alhamdulillah, kami diberi kesempatan oleh Pak Eri untuk menerima masukan. Karena dampaknya bukan hanya dari sisi pariwisata, tapi juga budaya dan citra kota,” ujar Firman.
Firman menilai, kasus pesta gay tersebut tidak hanya berdampak pada citra kota, tetapi juga berpotensi menurunkan tingkat okupansi hotel akibat kekhawatiran wisatawan terhadap keamanan dan reputasi.
“Makanya kami akan mempertajam sistem pengawasan, mulai dari keamanan, resepsionis, hingga semua aspek hotel agar lebih waspada,” tambahnya.
Sebagai tindak lanjut, PHRI Surabaya berencana menerbitkan surat edaran kepada seluruh hotel di kota tersebut untuk memperketat pengawasan aktivitas tamu.
“Kalau ada indikasi sesuatu yang tidak normal, misalnya jumlah tamu terlalu banyak dalam satu kamar, itu harus segera dicegah. Bisa langsung lapor ke CC 112 seperti disampaikan Pak Wali,” tutup Firman.
Dengan komitmen bersama antara Pemkot Surabaya, kepolisian, dan pihak hotel, diharapkan kasus serupa tidak kembali terjadi serta keamanan dan citra positif Kota Pahlawan dapat terus terjaga.











