SOALINDONESIA–JAKARTA Kinerja bank bjb terus menunjukkan pertumbuhan positif di tengah tantangan ekonomi global. Hingga kuartal III 2025, bank bjb mencatatkan laba konsolidasi sebesar Rp1,37 triliun, dengan total aset tumbuh 2,8% menjadi Rp215,9 triliun.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) secara konsolidasi tercatat mencapai Rp160,2 triliun, sementara penyaluran kredit dan pembiayaan meningkat 3,5% menjadi Rp142,9 triliun. Dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka 85,3%, bank bjb menunjukkan keseimbangan yang sehat antara likuiditas dan ekspansi kredit.
“Melalui pengelolaan aset dan liabilitas yang lebih prudent, optimalisasi potensi fee based income, serta efisiensi dalam kegiatan operasional, laba konsolidasi sebelum pajak tercatat sebesar Rp1,37 triliun,” ujar Direktur Utama bank bjb, Yusuf Saadudin, Kamis (30/10/2025).
Dorong Inovasi Digital dan Pinjaman Tanpa Tatap Muka
Dalam strategi transformasi digital, bank bjb meluncurkan KGB Pisan (Pinjaman ASN) — produk digital loan yang telah menyalurkan pembiayaan kepada lebih dari 5.800 debitur hanya dalam satu tahun.
Produk ini menjadi terobosan digital karena menghadirkan proses kredit tanpa interaksi fisik, waktu persetujuan yang cepat, serta sistem verifikasi digital yang aman.
“Ke depan, cakupan layanan KGB Pisan akan diperluas untuk pengajuan kredit baru, sejalan dengan komitmen kami menghadirkan layanan yang cepat, aman, dan inklusif,” jelas Yusuf.
Sebagai entitas pengendali grup, bank bjb juga memperkuat sinergi dengan tiga bank anak dan dua lembaga keuangan non-bank dalam memperluas jaringan bisnis dan meningkatkan efisiensi grup.
“Sinergi antar entitas akan terus diperkuat melalui kolaborasi produk dan skema sharing fee untuk meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas grup secara berkelanjutan,” tambahnya.
Komitmen terhadap Keberlanjutan dan Ekonomi Hijau
Bank bjb menunjukkan komitmen kuat terhadap prinsip keuangan berkelanjutan (sustainable finance). Hingga September 2025, portofolio pembiayaan hijau bank bjb mencapai Rp15,2 triliun, dengan fokus pada sektor lingkungan, UMKM hijau, dan transportasi rendah emisi.
Selain itu, bank bjb juga telah menerbitkan obligasi berkelanjutan (Sustainable Bond) senilai Rp1 triliun, sebagai langkah nyata memperkuat pendanaan hijau dan mendukung agenda ekonomi berkelanjutan nasional.
“Kami melihat arah kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia memberi momentum positif bagi perbankan nasional untuk memperkuat daya saing, termasuk dalam pendanaan hijau,” ujar Yusuf.
Ia menambahkan, efisiensi biaya dana (cost of fund) menjadi fokus utama perseroan menjelang akhir tahun. Dampak dari kebijakan ini diperkirakan mulai terlihat pada kuartal IV 2025 dan akan optimal pada kinerja penuh tahun 2026.
Perkuat Penghimpunan Dana dan Fokus Ekonomi Daerah
Dari sisi penghimpunan dana, bank bjb terus mendorong penguatan dana ritel serta memperluas kerja sama pengelolaan payroll dengan instansi pemerintah dan korporasi. Langkah ini dilakukan untuk menciptakan struktur pendanaan yang efisien, stabil, dan berkelanjutan.
Selain itu, bank bjb juga fokus memperkuat margin melalui manajemen loan pricing yang adaptif terhadap dinamika suku bunga dan kebutuhan pasar.
Ke depan, pertumbuhan bank bjb akan diarahkan pada kredit konsumer, ekosistem ekonomi daerah, BUMD, dan program prioritas pemerintah yang menjadi pasar potensial di wilayah Jawa Barat dan Banten.
“Kami optimistis strategi ini akan memperkuat posisi bank bjb sebagai bank regional yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing nasional,” pungkas Yusuf Saadudin.











