SOALINDONESIA–JAKARTA Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akhirnya buka suara terkait pembangunan lift kaca di kawasan wisata Pantai Kelingking, Desa Bunga Mekar, Nusa Penida, Klungkung, Bali, yang tengah menjadi sorotan publik di media sosial.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hariyanto, menegaskan bahwa pemerintah terus memantau perkembangan proyek tersebut untuk memastikan seluruh proses pembangunan berjalan sesuai ketentuan, sekaligus menjunjung tinggi prinsip pariwisata berkelanjutan.
“Pengawasan telah dilakukan sejak tahap perencanaan pada tahun 2023. Kami memastikan pembangunan dilaksanakan sesuai regulasi dan memperhatikan aspek keberlanjutan, keselamatan, kebersihan, serta kondisi lingkungan di kawasan sekitar,” ujar Hariyanto dalam keterangan resminya, Kamis (30/10/2025).
Fasilitas Baru, Tapi Tetap Jaga Keaslian Alam
Menurut Hariyanto, Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung menilai keberadaan lift kaca dapat menjadi daya tarik wisata baru untuk meningkatkan kunjungan dan memperpanjang rata-rata lama tinggal wisatawan.
Namun demikian, Kemenparekraf tetap mengingatkan agar setiap pengembangan destinasi wisata dilakukan tanpa mengorbankan kelestarian alam dan keaslian daya tarik lokal.
“Pemerintah mendorong seluruh proyek pariwisata agar memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan dan nilai budaya setempat. Tujuannya agar pembangunan ekonomi bisa berjalan beriringan dengan pelestarian alam dan identitas budaya,” jelasnya.
Kebijakan ini, lanjut Hariyanto, sejalan dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, yang menjadi panduan nasional dalam setiap pengembangan kawasan wisata di Indonesia.
Dorong Konstruksi Hijau dan Energi Terbarukan
Kemenparekraf juga mengimbau pihak pengembang proyek lift kaca agar menerapkan standar konstruksi hijau selama proses pembangunan, termasuk pemanfaatan teknologi berbasis energi terbarukan untuk meminimalkan dampak pemanasan global.
“Kami mendorong penggunaan energi ramah lingkungan serta desain yang adaptif terhadap kondisi alam sekitar. Pengembangan pariwisata tidak boleh merusak daya tarik utama kawasan tersebut,” kata Hariyanto.
Selain itu, Kemenparekraf meminta agar masyarakat lokal dilibatkan dalam proses perencanaan dan operasional destinasi, sehingga manfaat ekonomi dapat dirasakan secara merata, sekaligus menjaga kearifan lokal dan filosofi budaya Bali.
Data Kunjungan Wisatawan Terus Naik
Meski menuai pro dan kontra, hingga saat ini pembangunan lift kaca tidak berdampak negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida.
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung, jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida terus meningkat — dari 714.335 wisatawan pada 2023 menjadi 1.108.791 wisatawan pada 2024.
“Kami optimistis tren positif ini akan berlanjut meski proyek lift masih berjalan. Terlebih, Nusa Penida telah diakui dunia sebagai salah satu pantai terbaik versi Tripadvisor 2024 dan Trip Best 2025 Global Water Fun Attraction dari Trip.com,” ujar Hariyanto.
Pemerintah Kabupaten Klungkung menargetkan 1,5 juta kunjungan wisatawan pada tahun 2025, dengan rata-rata 3.000 hingga 6.000 wisatawan per hari yang berkunjung ke kawasan tersebut.
Viral di Media Sosial
Polemik pembangunan lift kaca ini mencuat di media sosial pada Selasa (28/10/2025), setelah beredar foto proyek setinggi 182 meter dengan jembatan sepanjang 64 meter di tebing Pantai Kelingking.
Sebagian warga dan warganet menilai proyek tersebut mengganggu keindahan alami panorama tebing Kelingking, yang selama ini dikenal karena keasriannya.
Namun, sebagian lainnya menilai keberadaan lift justru dapat membantu wisatawan lanjut usia atau penyandang disabilitas untuk menikmati pemandangan pantai dari titik yang lebih rendah dengan aman.
Kemenpar: Keseimbangan Adalah Kunci
Hariyanto menegaskan bahwa keseimbangan antara kemudahan akses, keselamatan wisatawan, dan pelestarian alam harus menjadi prinsip utama dalam setiap pengembangan destinasi.
“Kita ingin pariwisata tumbuh tanpa kehilangan jati diri. Keindahan alam Nusa Penida harus tetap terjaga, sambil memastikan wisatawan bisa menikmati keindahan itu dengan aman dan nyaman,” pungkasnya.











