SOALINDONESIA–JAKARTA Mahkamah Agung (MA) resmi menolak kasasi yang diajukan jaksa penuntut umum maupun mantan pejabat MA, Zarof Ricar, terkait perkara gratifikasi dan permufakatan jahat yang menjeratnya. Putusan tersebut diumumkan dalam laman resmi kepaniteraan MA hari ini.
“Amar putusan tolak kasasi penuntut umum dan terdakwa,” demikian bunyi putusan yang diunggah MA, Jumat (14/11/2025).
Dengan penolakan kasasi ini, Zarof tetap harus menjalani hukuman 18 tahun penjara sebagaimana dijatuhkan Pengadilan Tinggi Jakarta dalam putusan banding.
Sidang kasasi diketok majelis hakim pada Rabu, 12 November 2025, dipimpin oleh hakim Yohanes Priyana, dengan anggota Arizon Mega Jaya dan Noor Edi Yono.
Hukuman Zarof Diperberat di Tingkat Banding
Sebelumnya, dalam putusan banding Pengadilan Tinggi Jakarta pada 24 Juli 2025, majelis hakim yang diketuai Albertina Ho memperberat hukuman Zarof dari 16 tahun menjadi 18 tahun penjara. Ia juga diwajibkan membayar denda Rp1 miliar, subsider 6 bulan kurungan.
“Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa penjara selama 18 tahun dan denda sejumlah Rp 1 miliar, apabila denda tidak dibayar maka diganti pidana kurungan 6 bulan,” ujar hakim dalam putusan banding.
Zarof dinyatakan bersalah atas permufakatan jahat dan penerimaan gratifikasi terkait putusan bebas terhadap Gregorius Ronald Tannur dalam perkara kematian Dini Sera Afrianti. Ia dinyatakan terbukti melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 12B juncto Pasal 15, serta Pasal 18 UU Tipikor.
Majelis Menganggap PerbuatanSangat Merusak Kepercayaan Publik
Dalam pertimbangannya, majelis banding menilai perbuatan Zarof telah merusak kehormatan lembaga peradilan dan menimbulkan persepsi negatif bahwa hakim dapat dipengaruhi oleh uang.
PT Jakarta juga membatalkan putusan Pengadilan Tipikor yang sebelumnya memerintahkan pengembalian uang Rp8,8 miliar kepada Zarof. Menurut hakim banding, uang tersebut tidak layak diklaim sebagai penghasilan sah.
Pertimbangan hakim tingkat pertama dinilai lemah karena hanya didasarkan pada keterangan satu saksi tanpa mengurai penggunaan dana tersebut dalam jangka waktu satu tahun.
Tak Mampu Buktikan Asal-Usul Harta Rp915 Miliar dan 51 Kg Emas
Selain itu, hakim juga menyoroti kegagalan Zarof membuktikan asal-usul hartanya yang fantastis, yakni:
Uang Rp915 miliar, dan
Emas seberat 51 kilogram
Majelis menyatakan seluruh barang bukti yang disita masih terkait tindak pidana karena tidak terdapat bukti bahwa aset tersebut diperoleh secara sah.
“Dalam persidangan, terdakwa tidak membuktikan bahwa barang bukti yang disita bukan dari suatu tindak pidana,” demikian pertimbangan majelis.
Dengan putusan kasasi ini, seluruh hukuman banding—termasuk pidana penjara 18 tahun dan denda Rp1 miliar—resmi berkekuatan hukum tetap.











