SOALINDONESIA–JAKARTA Ribuan massa dari Aliansi Perempuan Indonesia menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (3/9/2025). Dalam aksinya, mereka kompak membawa sapu lidi sebagai simbol membersihkan berbagai persoalan bangsa, termasuk kekerasan dan ketidakadilan.
Selain membawa sapu lidi, massa juga membentangkan poster berisi tuntutan sekaligus menyampaikan orasi.
“Kita akan menyapu seluruh penjahat demokrasi. Kita akan menyapu segala bentuk kekerasan,” seru salah satu orator dari atas mobil komando.
Soroti Ketimpangan Gaji DPR
Dalam aksinya, massa turut menyoroti kesenjangan penghasilan antara rakyat dengan para wakilnya di DPR. Menurut mereka, pendapatan anggota DPR mencapai 32 kali lipat lebih besar dibanding rata-rata penghasilan rakyat, terutama perempuan yang masih banyak menerima upah di bawah UMR.
“Bagaimana upah DPR kita yang selisihnya sangat jauh dari apa yang didapatkan oleh rakyat-rakyat kita. Untuk itu, kita meminta segera hentikan menghamburkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi,” tegas orator.
Tuntut Hentikan Tindakan Represif
Aksi tersebut juga menyinggung insiden represif aparat saat mengamankan demonstrasi besar pada 25–31 Agustus 2025. Seorang peserta aksi bernama Eka menyebut terdapat 10 korban meninggal dunia akibat tindakan aparat saat itu.
“Kita melihat bahwa sejak 25 Agustus, aksi yang dilakukan masyarakat begitu direspons represif aparat, dan ada 10 korban jiwa,” ujar Eka dalam orasinya.
Massa meminta pemerintah menghentikan segala bentuk kekerasan aparat terhadap warga yang menyampaikan aspirasi. Mereka menegaskan bahwa demonstrasi adalah bagian dari praktik demokrasi yang harus dilindungi.