SOALINDONESIA–JAKARTA Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) membawa misi khusus dalam transformasi PT Pertamina (Persero). Salah satunya diwujudkan dengan kehadiran Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis, yang resmi dibentuk pada 12 Juni 2025 usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Posisi Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis diisi oleh Agung Wicaksono, yang kini mengemban mandat besar untuk mengarahkan Pertamina ke era baru.
“Sebuah mandat yang diberikan kepada direktorat baru ini, kepada tugas kami, untuk utamanya 3 pilar transformasi mendorong Pertamina ke arah yang baru,” ujar Agung dalam forum Indonesia Connect by Liputan6, Sabtu (6/9).
Agung menjelaskan tiga pilar utama yang harus dijalankan:
1. Adaptif terhadap perubahan global, termasuk dalam konteks tata kelola minyak dan gas bumi (migas) nasional.
2. Pengembangan bisnis berkelanjutan, yang ramah lingkungan dan mendukung transisi energi.
3. Kebijakan strategis sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, serta target lain yang relevan dengan agenda pemerintah.
“Tiga pilar ini menjadi kunci, menjadi mandat dari Danantara dan Kementerian BUMN selaku pemegang saham. Pertamina sekarang semakin kencang untuk menjalankan target tersebut,” tegas Agung.
Danantara Garap Proyek Energi Strategis
Di sisi lain, Danantara juga memegang peran penting dalam mendukung hilirisasi dan ketahanan energi nasional. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia baru-baru ini menyerahkan dokumen pra studi kelayakan (feasibility study/FS) untuk 18 proyek prioritas kepada Danantara.
Total nilai investasi proyek tersebut mencapai USD 38,63 miliar atau sekitar Rp 618,13 triliun. Dokumen pra-FS itu diserahkan langsung oleh Bahlil, yang juga Ketua Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, kepada CEO Danantara Rosan Roeslani di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, pada 22 Juli 2025.
“Kami ada sekitar 18 proyek yang sudah siap pra-FS. Dengan total investasi sebesar USD 38,63 miliar, atau setara Rp 618,13 triliun. Ini di luar ekosistem baterai mobil listrik,” kata Bahlil.
Adapun rincian investasi meliputi:
Hilirisasi minerba: USD 20,1 miliar (Rp 321,8 triliun)
Ketahanan energi: USD 14,5 miliar (Rp 232 triliun)
Hilirisasi pertanian: USD 444,3 juta (Rp 7,11 triliun)
Transisi energi: USD 2,5 miliar (Rp 40 triliun)
Hilirisasi kelautan & perikanan: USD 1,08 miliar (Rp 17,22 triliun)
Bahlil menegaskan, kajian pra-FS tersebut belum final. Karena itu, ia menyerahkan penyempurnaan sekaligus pendanaan proyek-proyek tersebut kepada Danantara.
“Sudah barang tentu untuk penyempurnaannya kita serahkan pada Danantara, karena Danantara yang punya uang untuk melakukan penyempurnaan,” tandasnya.