SOALINDONESIA–MAKASSAR Situasi keamanan di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, kembali memanas dalam sepekan terakhir. Setelah sempat kondusif selama beberapa minggu, tawuran antarwarga kembali pecah di sejumlah titik rawan seperti Kampung Sapiria, Kampung Borta, Jalan Lembo, Jalan Layang, hingga Jalan Tinumbu Lorong 148.
Bentrok yang melibatkan kelompok pemuda bahkan anak di bawah umur ini berlangsung mencekam. Kedua kubu saling serang menggunakan busur panah, petasan, hingga bom molotov. Akibatnya, satu rumah warga dilaporkan terbakar akibat lemparan molotov, meski api berhasil dipadamkan sebelum meluas ke permukiman lain.
Insiden ini menjadi gelombang baru konflik sosial di kawasan utara Makassar yang selama bertahun-tahun dikenal rawan bentrok antar kelompok warga.
Pos Pengamanan Ditarik, Tawuran Meledak Lagi
Ironisnya, bentrokan terbaru ini terjadi tak lama setelah penarikan pos pengamanan gabungan yang sebelumnya dijaga personel Polri, TNI, dan Satpol PP selama hampir sebulan penuh. Pos tersebut dibangun setelah rentetan bentrokan pada awal Oktober lalu yang menghanguskan lima rumah warga dan menyebabkan belasan orang luka-luka.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, mengungkapkan bahwa pihak kepolisian sebenarnya telah melakukan berbagai langkah pencegahan, termasuk mempertemukan tokoh masyarakat dari kedua belah pihak dan menggelar kegiatan kebersamaan seperti doa bersama dan olahraga lintas kampung.
“Sebenarnya semua pihak sudah sepakat untuk tidak lagi melakukan tawuran. Kami juga sudah menempatkan pos pengamanan dari Brimob, TNI, dan Satpol PP selama kurang lebih satu bulan. Situasi sempat kondusif, tapi setelah pasukan kami tarik, tawuran kembali terjadi,” kata Arya, Kamis (6/11/2025) malam.
Arya menegaskan bahwa ketertiban dan keamanan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada aparat, melainkan harus tumbuh dari kesadaran masyarakat sendiri.
“Kalau masyarakat hanya tertib karena diawasi, tentu sulit menjaga keamanan jangka panjang. Harus ada keinginan bersama, terutama dari para orang tua, untuk menjaga anak-anaknya. Karena pelaku tawuran ini kebanyakan masih anak-anak,” tegasnya.
Emak-Emak Halangi Polisi Saat Bubarkan Tawuran
Dalam penanganan konflik terbaru ini, aparat sempat menghadapi hambatan tak terduga di lapangan. Sejumlah ibu-ibu (emak-emak) dilaporkan mencoba menghalangi polisi ketika melakukan penyisiran di area bentrokan. Mereka khawatir anaknya yang terlibat tawuran akan diamankan oleh aparat.
“Ini anggapan yang keliru. Kalau ingin anaknya tidak terlibat kasus hukum, ya jangan dibiarkan ikut tawuran. Kami berupaya melindungi masyarakat yang tidak bersalah. Kalau ada yang ditangkap, pasti karena memang melakukan kesalahan,” ujar Arya menanggapi fenomena itu.
Kapolrestabes juga mengingatkan bahwa tindakan melindungi pelaku kejahatan atau menghalangi proses hukum bisa dijerat pidana.
“Pelaku-pelaku kriminal jangan dilindungi. Kalau ada yang sengaja menutupi atau menghalangi proses hukum, itu juga bisa kami tindak,” tambahnya tegas.
Polisi Kembali Perkuat Penjagaan di Titik Rawan
Menyikapi pecahnya bentrokan lanjutan ini, pihak kepolisian bersama TNI telah menempatkan kembali pasukan gabungan di sejumlah titik strategis di Kecamatan Tallo.
Personel bersenjata lengkap tampak berpatroli di gang-gang sempit yang memisahkan wilayah dua kelompok warga yang kerap bertikai. Selain itu, Polrestabes juga menambah kamera pemantau (CCTV) di beberapa jalur rawan sebagai upaya deteksi dini potensi bentrokan susulan.
Aparat juga menggandeng tokoh agama dan karang taruna setempat untuk menggelar dialog terbuka serta pembinaan bagi remaja rentan yang sering menjadi pelaku tawuran.
Imbauan Kapolrestabes: “Jangan Terprovokasi, Jangan Jadi Penonton”
Dalam pesannya kepada masyarakat Makassar, Arya Perdana menegaskan lima poin penting untuk memutus rantai kekerasan antarwarga di Tallo:
1. Jangan mudah terprovokasi.
2. Jangan memprovokasi pihak lain.
3. Jangan jadi penonton ketika bentrok terjadi.
4. Didik anak-anak dengan nilai kedamaian dan tanggung jawab.
5. Jika ada yang bersalah, jangan ditutupi — serahkan ke pihak berwajib.
“Kami sudah menempatkan kembali personel di titik rawan dan berharap situasi ini benar-benar kondusif. Jangan sampai ada korban lagi,” ujarnya.
Akar Masalah: Perselisihan Lama yang Tak Kunjung Tuntas
Konflik di kawasan Tallo bukan hal baru. Menurut data kepolisian, bentrokan antarwarga di wilayah tersebut telah berulang lebih dari 10 kali sepanjang 2025. Pemicunya bervariasi, mulai dari masalah sepele antar remaja, saling ejek di media sosial, hingga dendam lama antar keluarga.
Sosiolog dari Universitas Hasanuddin, Dr. Rahmawati Syamsu, menilai bahwa konflik sosial semacam ini tidak akan tuntas hanya dengan pendekatan keamanan.
“Yang dibutuhkan adalah rekonsiliasi sosial jangka panjang, melibatkan tokoh agama, pemuda, dan pendidikan karakter di sekolah. Kalau akar masalahnya tidak disentuh, kekerasan seperti ini akan terus berulang,” jelasnya.
Pemerintah Diminta Turun Tangan
Situasi yang terus berulang ini mendorong desakan kepada Pemerintah Kota Makassar dan Pemprov Sulsel untuk turun langsung memperkuat pemberdayaan masyarakat dan edukasi anak muda.
Program seperti pembinaan remaja rawan konflik, pelatihan kerja, dan revitalisasi ruang publik dinilai penting untuk mengalihkan energi muda dari kekerasan menuju hal positif.
Harapan Akhir
Menjelang akhir pekan, suasana di Tallo dilaporkan mulai berangsur kondusif, namun aparat tetap siaga penuh untuk mencegah bentrokan susulan.
Masyarakat berharap agar ketegangan ini menjadi yang terakhir, dan kawasan Tallo dapat kembali menjadi lingkungan aman dan damai bagi seluruh warganya.











