SOALINDONESIA–JAKARTA Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyoroti tantangan serius dalam penyerapan tenaga kerja nasional. Setiap tahunnya, tak kurang dari 10,7 juta orang Indonesia membutuhkan pekerjaan, yang terdiri dari lulusan baru dan pengangguran yang sudah ada.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Pasar Kerja Kemnaker, Surya Lukita Warman, dalam keterangan pers di Kantor Pasar Kerja, Jakarta, (27/9/2025).
“Pertumbuhan tenaga kerja di negara kita ini cukup besar. Jadi tiap tahun itu ada 3,5 juta lulusan dari pendidikan, baik SMK, SMA, maupun universitas, masuk ke pasar kerja. Ini yang harus dicarikan pekerjaan,” ungkap Surya.
7,2 Juta Pengangguran dan 3,5 Juta Lulusan Baru
Meski tingkat pengangguran terbuka (TPT) saat ini tercatat sebesar 4,8 persen, jumlah pengangguran secara nominal masih mencapai 7,2 juta orang. Ditambah dengan sekitar 3,5 juta lulusan baru setiap tahun, total kebutuhan pekerjaan mencapai angka 10,7 juta orang per tahun.
“Coba bayangkan, 3,5 juta masuk ke pasar kerja sebagai angkatan kerja baru, yang menganggur 7,2 juta. Itu sendiri kalau diakumulasi sudah 10 juta lebih. Ada 10,7 juta orang yang membutuhkan pekerjaan,” jelas Surya.
Surya menambahkan, angka tersebut belum termasuk pekerja terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) maupun pekerja yang mengundurkan diri dan kembali mencari pekerjaan.
Mismatch Kompetensi Masih Jadi Masalah Klasik
Di tengah tingginya jumlah pencari kerja, Indonesia masih dihadapkan pada masalah klasik yakni ketidaksesuaian kompetensi atau mismatch antara kualifikasi pencari kerja dan kebutuhan industri.
Menurut Surya, perusahaan-perusahaan yang rutin diundang Kemnaker untuk membuka lowongan kerja, kerap menyampaikan bahwa permasalahan bukan semata-mata pada kemampuan teknis, melainkan soft skill yang dinilai masih kurang.
“Jadi selalu banyak kita undang perusahaan-perusahaan. Setiap buka lowongan pekerjaan, isunya masih kualitas dari pencari kerja. Tapi ya sekarang ini isunya bukan kemampuan teknis. Perusahaan itu lebih melihat di soft skill-nya,” ujarnya.
Beberapa soft skill yang masih dianggap kurang antara lain:
Kemampuan komunikasi yang efektif
Kedisiplinan dan tanggung jawab
Kerja sama tim
Kemampuan berpikir kritis dan problem solving
Etika kerja dan inisiatif
Upaya Pemerintah: Peningkatan Pelatihan dan Kolaborasi dengan Dunia Industri
Menanggapi tantangan tersebut, Kemnaker menyatakan terus mendorong penguatan program pelatihan berbasis kebutuhan pasar kerja, termasuk melalui Balai Latihan Kerja (BLK), kerja sama dengan industri, serta peluncuran platform digital pasar kerja yang lebih responsif terhadap dinamika kebutuhan tenaga kerja.
Surya menekankan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan dan industri untuk menyiapkan lulusan yang benar-benar siap kerja.
“Kami ingin dunia pendidikan lebih erat lagi kolaborasinya dengan dunia industri. Jangan sampai lulusannya hanya siap secara teori, tapi tidak siap ketika masuk dunia kerja,” katanya.