SOALINDONESIA–JAKARTA Wakil Menteri Sosial (Wamen Sosial) Agus Jabo Priyono menyampaikan target Presiden Prabowo Subianto bagi para siswa Sekolah Rakyat. Menurutnya, Presiden berharap para lulusan sekolah tersebut memiliki tiga bekal utama: kecerdasan, karakter kebangsaan dan keagamaan, serta keterampilan hidup.
“Jadi anak cerdas, berkarakter kebangsaan dan keagamaan, dan harus dibekali keterampilan,” kata Agus Jabo dalam acara Dialog Perspektif Sekolah Rakyat Harapan Baru, Pendidikan Berkualitas di TVRI, Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Agus menjelaskan, lulusan Sekolah Rakyat setingkat SMA akan tetap dibekali keterampilan praktis meski melanjutkan kuliah. Tujuannya agar mereka dapat bekerja sekaligus membantu orang tua.
“Anak-anak akan diarahkan ke mana, hilirisasi harus bisa jamin anak-anak memiliki ilmu sesuai kebutuhan zaman sekarang, terutama IT, bahasa, dan keterampilan. Sehingga, keluar dari jenjang SMA bisa bekerja. Bisa cari nafkah buat dirinya, bantu orang tua,” ujarnya.
Dua Pilihan Lulusan: Kuliah atau Bekerja
Menurut Agus Jabo, para siswa memiliki dua pilihan setelah lulus, yakni melanjutkan pendidikan tinggi atau langsung bekerja. Pemerintah pun telah menyiapkan kerja sama dengan perguruan tinggi dan dukungan beasiswa dari bupati maupun wali kota.
“Sudah kita siapkan, kuliah kita jajaki dengan perguruan tinggi. Yang mau bekerja kita bekali keterampilan,” katanya.
Orang Tua Juga Diberdayakan
Agus menambahkan, Presiden Prabowo juga memerintahkan agar program Sekolah Rakyat tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga orang tua.
“Kalau rumahnya tidak layak, kita juga harus bangun rumah hingga layak huni,” ujarnya.
Ia menegaskan, negara hadir untuk mengentaskan kemiskinan, salah satunya lewat pendidikan dan program prioritas Sekolah Rakyat. “Semua anak Indonesia harus sekolah. Negara harus hadir supaya anak-anak punya harapan untuk wujudkan cita-cita,” katanya.
Kurikulum Terpadu dan Ekstrakurikuler
Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Jakarta, Regut Sutrasto, mengatakan pola kegiatan siswa diatur secara terjadwal dari bangun tidur hingga kembali tidur. Para guru fokus membangun pendidikan karakter melalui kurikulum asrama.
“Di sekolah berasrama, kita punya waktu luas membimbing anak-anak,” ujarnya.
Selain akademik, siswa juga dibekali kegiatan ekstrakurikuler seperti silat, menari, desain grafis, hingga olahraga futsal. Hal ini untuk membentuk kepercayaan diri sekaligus fisik yang kuat.
“Kurikulum kami bagaimana membimbing anak-anak dengan kondisi seperti ini, kita ubah menjadi percaya diri,” kata Regut.
Ia menambahkan, setiap anak memiliki potensi yang dikembangkan, bahkan dengan bantuan metode DNA Talent Mapping. “Harapan kami bagaimana anak-anak masyarakat miskin ekstrem bisa mendapatkan pendidikan, sehingga bisa menatap masa depan lebih cerah, cita-cita tercapai,” tuturnya.