SOALINDONESIA–JAKARTA Langit sore di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kala itu perlahan menggelap. Awan hitam menutupi sisa cahaya biru, tanda waktu magrib hampir tiba. Anak-anak berlarian menuju Masjid Jami Al-Muflihun, sebagian hendak berbuka puasa, sebagian lain masih bermain di lantai dua. Di antara mereka, ada seorang bocah enam tahun bernama Alvaro Kiano Nugroho.
Sore itu, Rabu, 6 Maret 2025, adalah kali terakhir Tugimin (67) melihat senyum cucunya itu.
“Biasanya habis salat Maghrib, cucu saya langsung pulang,” kenang Tugimin lirih. “Tapi sore itu, dia tidak pernah kembali.”
Malam Panjang di Pesanggrahan
Alvaro pamit kepada sang kakek untuk buka puasa dan salat Magrib. Ia mengenakan kaus dan celana panjang, melangkah ringan menuju masjid di ujung gang. Tak ada firasat buruk. Tugimin hanya menunggu di rumah sambil menyiapkan makan malam.
Namun waktu berjalan pelan. Pukul delapan malam, sembilan, hingga hampir setengah sepuluh, Alvaro tak kunjung pulang. Panik, Tugimin pun bergegas ke masjid.
Di sana, seorang marbot menceritakan hal ganjil: ada pria tak dikenal datang, menanyakan Alvaro.
“Pak, mau nyari siapa?” tanya marbot curiga.
“Saya mau nyari anak saya, namanya Alvaro. Biasanya salat di sini,” kata pria itu, menurut kesaksian marbot.
Setelah percakapan itu, Alvaro tak terlihat lagi. Sejak saat itu, jejaknya hilang tanpa kabar.
Doa, Ustaz, dan Ikhtiar Jalur Langit
Malam itu, Tugimin menyusuri setiap gang di kampung. Ia bertanya ke tetangga, teman bermain Alvaro, hingga RT sebelah. Tak ada yang tahu.
“Kita tanya semua orang, tapi enggak ada yang lihat,” ujarnya.
Pukul 22.00 WIB, Tugimin melapor ke Polsek Pesanggrahan, namun laporan orang hilang baru bisa diterima setelah 1×24 jam. Esok harinya, ia datang lagi dan diarahkan ke Polres Jakarta Selatan karena Alvaro masih di bawah umur.
“Setengah 12 siang baru selesai laporan,” kenang Tugimin.
Polisi menelusuri rekaman CCTV, tapi nasib berkata lain — kamera masjid rusak, dan CCTV jalan sekitar tak berfungsi. “Kita jadi bingung. Nyari ke sana-sini, tapi nihil,” katanya pelan.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tugimin tak berhenti mencari. Ia mendatangi ustaz, kiai, hingga paranormal, memohon doa dan petunjuk, tapi semuanya berujung sama: gelap.
“Saya udah tanya ke ustaz, ke kiai, tapi belum juga ketemu titik terang,” katanya dengan suara berat.
Sejak kecil, Alvaro tinggal bersama Tugimin. Sang ayah, Agus Nugroho, tengah menjalani hukuman di Lapas Cipinang, sementara sang ibu, Arum Indah Kusumastuti, jarang di rumah karena bekerja.
“Dari 2019, Alvaro tinggal sama saya. Dia anaknya baik, enggak neko-neko,” ucapnya.
Kini, delapan bulan berlalu. Di ruang tamu kecilnya, Tugimin masih menyimpan foto Alvaro di atas meja, dikelilingi doa yang tak pernah padam.
“Mohon dibantu pencarian ini. Mudah-mudahan cucu saya bisa cepat kembali,” pintanya lirih.
Upaya Polisi Tak Pernah Padam
Pihak kepolisian memastikan, pencarian Alvaro masih terus berjalan. Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Polres Jakarta Selatan dan Polda Metro Jaya untuk menelusuri setiap petunjuk, bahkan hingga ke luar kota.
“Kami masih terus berupaya. Dari Polsek, Polres, sampai Polda ikut membantu. Informasi dari saksi, sekolah, keluarga, bahkan pesan di media sosial, semuanya kami dalami,” kata Seala, Rabu (12/11/2025).
Namun, Seala mengungkapkan, banyak laporan masyarakat yang ternyata palsu dan menipu keluarga.
“Beberapa kali keluarga ditipu. Ada yang bilang lihat anaknya di sini, di sana, tapi ujungnya minta uang. Ternyata bohong,” ujarnya.
Meski begitu, setiap informasi valid tetap ditindaklanjuti.
“Sekecil apa pun laporan dari warga, guru ngaji, atau teman mainnya, tetap kami dalami. Sampai ke Sukabumi, Pandeglang, tim tetap turun lapangan menggali semua kemungkinan,” tegas Seala.
Polsek Pesanggrahan juga rutin mengunggah poster pencarian Alvaro di media sosial resmi mereka, berharap ada warga yang mengenali wajah bocah itu.
Cahaya di Teras yang Tak Pernah Padam
Di tengah keheningan malam di rumah kecilnya, Tugimin tetap menyalakan lampu teras setiap malam.
Katanya, itu cara kecil menuntun cucunya pulang — kalau-kalau Alvaro melihat cahaya itu dari jauh.
“Saya enggak akan menyerah. Saya percaya, suatu hari Alvaro pasti pulang,” katanya, menatap kosong ke foto cucunya, bocah kecil yang hilang bersama senja di bulan Maret.











