SOALINDONESIA–JAKARTA Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengakui bahwa Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka masih sepi penumpang.
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari lokasi bandara yang dinilai terpencil, namun pembangunan bandara tersebut memiliki semangat besar untuk mendorong integrasi wilayah dan pemerataan ekonomi.
“Mungkin dipotong (secara) sempit ya, tetapi sebetulnya semangatnya adalah bagaimana kita bisa menghadirkan integrasi wilayah,” kata AHY, dikutip dari Antara, Senin (27/10/2025).
Konektivitas Masih Jadi Masalah Utama
AHY menilai masih banyak hal yang perlu dievaluasi dari keberadaan Bandara Kertajati. Salah satunya adalah konektivitas antarwilayah, seperti akses jalan tol maupun transportasi publik yang memadai menuju Bandung dan kota-kota sekitarnya.
“Itu kan di kawasan Rebana, ya Majalengka, kemudian juga menuju ke Cirebon. Nah, kalau kemudian terisolir, seperti terisolir tidak nyambung satu sama lain dan tidak terintegrasi, maka sayang. Itu perlu kita hubungkan dengan wilayah-wilayah lainnya,” ujarnya.
Menurut AHY, pembangunan infrastruktur seperti BIJB Kertajati harus diiringi dengan sistem konektivitas yang baik agar fungsinya optimal sebagai pengungkit perekonomian daerah.
“Pembangunan infrastruktur termasuk bandara atau dermaga harus dihubungkan dengan konektivitasnya, jalan menuju ataupun keluar dari lokasi tersebut sehingga benar-benar hidup. Jangan sampai infrastrukturnya besar, bagus, memakan biaya tinggi, tetapi tidak optimal,” jelasnya.
Dorong Evaluasi dan Solusi Konkret
AHY menegaskan bahwa semua pihak harus berbesar hati untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek-proyek infrastruktur besar seperti Kertajati. Evaluasi itu, katanya, tidak boleh berhenti pada temuan masalah semata, melainkan harus dilanjutkan dengan pencarian solusi konkret.
Salah satu langkah yang tengah disimulasikan oleh pemerintah adalah pengembangan Kertajati sebagai pusat industri dirgantara. AHY menyebut telah ada dorongan kerja sama antara BIJB Kertajati dan Garuda Maintenance Facility (GMF) bersama Kementerian Bappenas dan Kementerian Perhubungan.
Kerja sama ini diproyeksikan menjadikan BIJB Kertajati sebagai lokasi Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) atau tempat perawatan dan perbaikan pesawat.
“Tentunya mencoba untuk menghadirkan sebuah kerja sama yang baik untuk keperluan MRO. Nah, diawali dulu dengan helikopter misalnya. Mudah-mudahan selain itu juga fixed wings. Kita melibatkan kementerian-lembaga lainnya. Ini contoh bahwa kalau ada kegiatan strategis, bisa membuka wilayah dan jadi peluang baru,” jelas AHY.
Pernyataan ‘In the Middle of Nowhere’
Sebelumnya, AHY juga sempat menyoroti kondisi Bandara Kertajati yang disebutnya berada di lokasi yang “antah-berantah”.
Dalam konferensi pers “Satu Tahun Kinerja Pemerintahan Prabowo–Gibran” pada Selasa (21/10), AHY menyebut lokasi bandara di Majalengka yang jauh dari pusat aktivitas menjadi salah satu penyebab rendahnya lalu lintas penerbangan.
“Besar, bagus, megah, tapi in the middle of nowhere, di Majalengka, Kawasan Rebana namanya,” ujarnya kala itu.
Menurut AHY, pembangunan Kertajati sebelumnya tidak dibarengi dengan pengembangan akses yang memadai. Akibatnya, bandara megah tersebut belum dapat berfungsi maksimal.
“Mungkin awalnya dulu kurang terintegrasi. Bandaranya dibangun, tapi konektivitasnya terlambat, sehingga tanggung. Padahal besar, bagus, infrastrukturnya lengkap, tapi hanya di bandara itu, kawasannya belum hidup,” tutur AHY.
Dukungan dari Pemprov Jawa Barat
Sebagai upaya mendukung keberlanjutan bandara, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana menambah penyertaan modal daerah (PMD) sebesar Rp150 miliar pada akhir 2025 hingga 2026 kepada PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). Tambahan modal tersebut akan digunakan untuk pemenuhan regulasi dan pengembangan rute penerbangan baru, guna menghidupkan kembali aktivitas di bandara yang sempat disebut “megah tapi sepi” itu.
Membangun Arah Baru Kertajati
AHY menutup dengan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan proyek besar seperti Kertajati berjalan tanpa manfaat nyata. Fokus utama ke depan adalah membangun integrasi antardaerah dan menciptakan ekosistem industri penunjang di sekitar kawasan Rebana.
“Kita ingin Kertajati tidak hanya menjadi bandara, tetapi juga simpul ekonomi baru yang menggerakkan industri, lapangan kerja, dan konektivitas nasional,” pungkas AHY.











